Kamis, 16 Januari 2014
Laporan Metereologi dan Klimatologi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Cuaca dan iklim selau menyertai dan mempengaruhi kehidupan manusia di bumi. Terutama pekerjaan yang dilaksanakan di luar ruangan dan mengandalkan satelit. Maka dari itu, pengertian tentang cuaca dan iklim perlu dipelajari untuk mendapatkan suatu pertimbangan dalam kehidupan manusia.
Cuaca adalah rata-rata kondisi atmosfer pada suatu tempat tertentu dengan waktu yang relative singkat. Cuaca wilayahnya relative sempit dan senantiasa cepat berubah setiap saat dari waktu ke waktu. Adapun ilmu yang mengkajiinya adalah meteorologi yang berasal dari kata Yunani, yaitu meteoros = benda yang ada di dalam udara dan logos = ilmu atau kajian. Iklim adalah keadaaan rata – rata cuaca dari suatu wilayah yang luas dan diperhitungkan dalam jangka waktu lama, antara 30-100 tahun. Ilmu yang mengkaji iklim disebut klimatologi.
Sebagai geographer yang senantiasa bersahabat dengan alam maka kita juga harus bias membaca keadaan alam di sekitar kita untuk dimanfaatkan sebagaimana mestinya. Dan seiring dengan perkembangan zaman yang semakin mutakhir maka alat – alat yang digunakan untuk mengetahui cuaca dan iklim pun ikut berkembang. Dan pengetahuan mengenai alat – alat tersebut secara teori atau tatap muka di bangku kuliah saja tidaklah cukup. Maka memerlukan pengenalan alat secara langsung, menyaksikan pengaplikasiannya secara nyata dan memperoleh informasi akurat dari para ahli atau staffnya secara langsung.
Maka dari itu pada mata kuliah meteorology dan klimatologi ini melaksanakan praktik lapang di BMKG Pertanian dan BMKG Maritim yang bertujuan untuk memperlihatkan langsung kepada mahasiswa mengenali alat – alat tersebut agar nantinya dapat diaplikasikan sebagaimana mestinya dan tetap pada jati diri seorang geographer yang mencintai bumi dan isinya.
B. Tujuan
Setelah mengikuti praktik lapang meteorology dan klimatologi ini mahasiswa diharapkan dapat:
1. Mengetahui nama – nama alat meteorology dan klimatologi yang digunakan di BMKG
2. Mengetahui prinsip kerja alat – alat tersebut.
3. Mengetahui cara kerja alat – alat tersbut.
4. Mengetahui Aplikasi atau fungsi alat – alat tersebut
5. Mengenali rupa atau bentuk alat – alat tersebut
C. Manfaat
Mahasiswa dapat memahami unsur-unsur pembentukan cuaca/ iklim, juga dapat memahami cara kerja alat-alat meteorologi/klimatologi serta dapat mengumpulkan dan mengolah datanya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Meteorologi berasal dari kata yunani, yaitu meteoros, yang artinya benda yang ada didalam udara dan logos artinya ilmu atau kajian. Jadi meteorologi didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari proses fisis dan gejala cuaca yang terjadi didalam atmosfer terutama pada lapisan bawah, yaitu troposfer.
Cuaca dan iklim selalu menyertai dan mempengaruhi kehidupan manusia dibumi. Nahkoda kapal, pilot pesawat terbang, nelayan dan petani adalah sebagian banyak dari sekian banyak orang yang sangat memerlukan keterangan atau data cuaca dan iklim untuk melaksanakan pekerjaannyadengan baik. Oleh karena itu, pengertian tentang cuaca dan iklim perlu dipelajari untuk mendapat suatu pertimbangan dalam kehidupan kita sehari-hari.
Cuaca adalah rata-rata kondisi atmosfer pada suatu tempat tertentudengan waktu yang relatif singkat. Udara merupakan benda gas yang menyelubungi bumi dengan ketinggian tertentu, tidak berwarna, tidak berbau,tidak dapat dilihat, dan tidak dapat dirasakan, kecuali dalam keadaan bergerak (angin). Cuaca wilayahnya relatif sempit dan senantiasa cepat berubah setiap saat dari waktu ke waktu. Cuaca diamati dan dipelajari secara rutin oleh meteorology dan geofisika yang hasilnya digunakan untuk kepentingan penerbangan, pelayaran dan kegiatan lainnya yang berhubungan dengan cuaca.
Iklim adalah keadaan rata-rata cuaca dari satu wilayah yang luas dan diperhitungkan dalam jangka waktu yang lama, antara 30-100 tahun. Ilmu yang mempelajari cuaca disebut meteorology dan ilmu yang mempelajari iklim adalah klimatologi.
Meteorologi adalah ilmu yang mempelajari tentang kedaan cuaca, sedangkan klimatologi adalah ilmu yang mempelajri tentang iklim, ke dua kajian ilmu tersebut sangat berhubungan antara yang satu dengan yang lainnya, dalam konsepnya untuk menentukan keadaan cuaca atau iklim.
Cuaca dan iklim merupakan dua istilah yang berbeda, namun terdiri atas unsur-unsur yang sama yaitu :
1) Penyinaran (radiasi matahari)
Penyinaran matahari merupakan unsur yang sangat penting. Akibat adanya radiasi matahari, permukaan bumi akan mengalami kenaikan suhu. Udara di atas permukaan bumi yang dilalui sinar matahari tidak dapat menangkap panasnya sinar matahari. Lapisan atmosfer menjadi panas atau suhunya naik karena pantulan dari permukaan bumi yang telah disinari matahari. Panas dari permukaan bumiu merambat kemana-mana secara beransur-ansur dari lapisan yang paling bawah ke lapisan atasnya.
2) Suhu udara
Suhu udara adalah keadaan panas atau dinginnya udara. Suhu merupakan karakteristik inherent, dimiliki suatu benda yang berhubungan dengan panas energy. Jika panas dialirkan pada suatu maka suhu benda tersebut akan meningkat. Sebaliknya suhu suatu benda tersebut akan turun jika benda yang bersangkutan kehilangan panas.
3) Angin
Massa udara yang bergerak adalah angin. Kecepatan angin selalu diukur pada ketinggian tempat yang berbeda. Angin dapat bergerak secarahorisontal ataupun vertical dengan kecepatan yang berpariasi.
4) Keadaan awan
Awan merupakan kumpulan titik-titik air /Kristal didalam udara yang terjadi karena dadanya kondensasi/sublimasi dari uap air yang terdapat dalam udara. Awan yang menempel dipermukaan bumi disebut kabut.
5) Kelembaban udara
Uap air adalah salah satu komponen udara kecuali aersol (debu-debu, partikel-partikel). Kandungan uap air dalam udara disebut kelembapan. Kelembapan udara dalam udara ruang tertutup dapat diatur sesuai dengan keinginan.
6) Curah hujan
Hujan ialah peristiwa sampainya air dalam bentuk cair maupun padat yang dicurahkan dari atmosfer keperemukaan bumi. Curah hujan yaitu jumlah air hujan yang turun pada suatu daerah dalam waktu tertentu. alat untuk mengukur banyaknya curah hujan disebut Rain Gauge. Curah hujan diukur dalam harian, bulana dan tahunan. Selama musim hujan, rata-rata temperatur udara lebih rendah, sedangkan kelembapan tinggi pada musim panas. Jumlah dan pola curah hujan adalah Faktor penting untuk produksi tanaman dan dapat dimanfaatkan untuk suplai makanan bagi ternak.
7) Tekanan udara
Udara memiliki berat dan tekanan yang disebutr tekanan udara. Tekanan udara dinyatakan dalam atmosfer, 1 atmosfer adalah tinggi kolom raksa sepanjang 76 cm dengan penampang pipa 1 cm2 pada daerah permukaan laut. Alat yang digunakan untuk mengukur tekanan udara adalah barometer.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi
1. BMKG Pertanian di Maros
BMKG Pertanian Maros ini terletak di dekat pinggiran jalan. Luas lahan di lokasi ini termasuk cukup luas, karena memiliki beberapa macam areal berbeda yang luas. Seperti ruang perkantoran untuk para pegawai BMKG Maros, areal untuk taman alat yang cukup luas dan berisikan kurang lebih 15 macam alat, lapangan yang cukup luas serta lahan npepohonan yang memanjang di sepanjang pagar di depan kantor.
Kondisi lahan di tempat itu cukup luas sepanjang mata memandang karena lokasi tiap tempat yang dapt dikatakan berjauhan dan terhampar luas tanpa ditutupi oleh vegetasi sehingga alat – alat di dalam taman alat dapat bekerja sebagaimana mestinya yang bermanfaat untuk orang – orang pertanian.
2. BMKG Maritim di Pelabuhan Poetere
BMKG Maritim Pelabuhan Paotere ini terletak sangat dekat dengan laut. Jika disbanding dengan luas wilayah BMKG Pertanian Maros mungkin dapat dikatakan sangat sempit bahkan hanya sepertiganya saja. Karena BMKG Maritim hanya memiliki taman alat yang luasnya lebih sempit, kantor yang juga tidak terlalu besar. Alat – alat di dalam taman alat pun tidak selengkap yang ada di taman alat BMKG Maros. Hanya saja, alat – alat di BMKG Maritim terbilang lebih canggih dalam bidang teknologi disbanding dengan BMKG Maros.
Sebagimana namanya BMKG Maritim alat – alat yang ada di tempat ini didedikasikan untuk membantu para pelaut ataupun nelayan yang ada di daerah tersebut. Dan alatnya pun tidak hanya ada di dalam taman alat. Tetapi juga ada yang diletakkan langsung di pinggir laut atau hanya berjarak beberapa meter dari laut.
B. Hasil
Dari hasil pengamatan yang dilakukan di peroleh data-data sebagai berikiut :
1. Stasiun BMKG Pertanian Kabupaten Maros
No Nama Alat Jumlah
1 Sangkar Meteorologi 5
2 Wind Vane Anemometer 6
3 Penakar Curah Hujan Hellman 1
4 Penakar Curah Hujan OBS 1
5 Lesymeter 1
6 Portable Weather Season 1
7 Gun Bellani Integrator 1
8 Open Pan Evaporimeter 1
9 Cup Counter Anemometer 6
10 Campbell Stokes 1
11 Aktinograf Bimetal 2
12 Automatic Weather Samples (AWS) 1
13 Termometer Permukaan Tanah 2
14 Towering Climatology 1
15 Termometer Apung 1
2. Badan BMKG Maritim di Pelabuhan Poetere
a. Alat yang digunakan :
No Nama Alat Jumlah
1 Sangkar Meteorologi 1
2 Termometer air laut 4
3 Barometer 1
4 Thermogrograf 1
5 Termometer apung 1
6 Campbel Stokes 1
7 Panci Penguapan 1
8 Penakar Hujan OBS 1
9 Penakar Hujan Helman 1
10 Automatic Weather Season 1
C. Pembahasan
1. Sangkar Metorologi
Sangkar Meteorologi yang ada di taman alat ini bekerja sebagai pelampung karena didesain khusus hanya untuk menjadi tempat penyimpanan alat pengukur temperature dan di pasang dengan jenis ketinggian yang berbeda – beda guna untuk mengetahui temperature tiap ketinggian yang berbeda.
Gambar c.1
Adapun alat – alat yang berada di dalam sangkar meteorology ini adalah:
a. Termometer Maksimum
Prinsip kerja thermometer ini, yaitu jika suhu udara naik , maka air raksa dalam bola akan memuai mendorong cairan air raksa keluar melalui pipa yang menyempit, suhu udara terus naik sampai mencapai nilai maksimum. Jika suhu udara turun, cairan air raksa dalam bola akan menyusut sehingga alur air raksa dalam pipa kapiler terputus, namun ujung air raksa tetap menunjukkan nilai skala yang maksimum.
b. Termometer Minimum
Prinsip kerja thermometer ini, yaitu jika suhu turun, alkohol akan menyusut dan permukaan alcohol akan menarik indeks ke arah skala lebih kecil, sebaliknya jika suhu naik, permukaan alkohol akan naik sedangkan indeks tetap tertinggal menunjukkan skala yang terendah yang dicapai suhu udara.
c. Termometer Bola Basa dan Termometer Bola Kering
Alat ini terdiri dari 2 buah thermometer air raksa yang dipasang berdampingan secara vertikal. Bola dari salah satu thermometer dibungkus dengan kain kasa/ muslin yang tergantung pada bejana kecil berisi air murni, sehingga bola thermometer selalu basah dan disebut sebagai bola basah, sedangkan yang lain tidak dibungkus disebut sebagai bola kering. Suhu udara dapat dibaca pada thermometer bola kering, penguapan air dari kain kasa basah menyebabkan suhu bola basah lebih rendah dari pada suhu bola kering. Dari hasil pembacaan bola basah dan bola kering akan dapat diketahui kelembaban udara dan titik embun.
Sangkar meteorologi ini berfungsi sebagai tempat alat-alat pengukur cuaca tertentu, agar tehindar dari sinar matahari langsung dan pengaruh lingkungan. Sangkar ini terbuat dari kayu jati yang dicat warna putih, bentuknya segi 4 , dengan setiap dinding diberi jalusi berlapis dua, dan juga atapnya terbuat dari papan kayu , semua itu maksudnya agar didalam sangkar ada sirkulasi udara.
Psychrometer standard ini ditempatkan didalam sangkar meteorologi dengan ketinggian berbeda seperti yang tersebut diatas, yaitu terdiri dari : Thermometer Bola Basah dan Bola Kering. Themometer bola basah dan bola kering ini berfungsi untuk menentukan kelembaban udara, suhu udara, dan titik embun embun. Alat ini terdiri dari 2 buah thermometer air raksa yang dipasang berdampingan secara vertikal. Bola dari salah satu thermometer dibungkus dengan kain kasa/ muslin yang tergantung pada bejana kecil berisi air murni, sehingga bola thermometer selalu basah dan disebut sebagai bola basah, sedangkan yang lain tidak dibungkus disebut sebagai bola kering. Suhu udara dapat dibaca pada thermometer bola kering, penguapan air dari kain kasa basah menyebabkan suhu bola basah lebih rendah dari pada suhu bola kering. Dari hasil pembacaan bola basah dan bola kering akan dapat diketahui kelembaban udara dan titik embun. Waktu pengamatan : dilakukan sesuai dengan pengamatan AgM 1-a dan AgM 1-b.
Termometer maksimum berfungsi untuk mengukur suhu udara maksimum. Cairan yang digunakan pada thermometer maksimum ini adalah air raksa, adanya penyempitan pada pipa kapiler yang berdekatan dengan reservoir merupakan ciri thermometer maksimum. Thermometer ini dipasang dengan kemiringan 2º secara horizontal didalam sangkar meteorologi.
Termometer minimum berfungsi untuk mengukur suhu terendah/ minimum pada suatu periode pengamatan. Cairan yang digunakan pada thermometer ini adalah alkohol. Pada pipa kapiler berisikan indeks (batang kaca kecil). Thermometer ini dipasang secara horizontal didalam sangkar meteorogi.
2. Wind Vane Anemometer
Alat ini memiliki prinsip kerja untuk menentukan kecepatan angin, dapat dibaca langsung pada alat penunjuk, dan satuan kecepatan angin yaitu dalam knot ( 1 knot = 1,8 km/jam). untuk menentukan arah angin, yaitu menekan tombol yang ada pada alat penunjuk dan kemudian membaca jarum penunjuk yang menunjukkan arah berapa derajat. (Arah angin 90º = arah timur, 180º = arah selatan, 270º = arah barat, dan 360º = arah utara).
Gambar c.2
Cara kerja alat tersebut diatas, adalah sebagai berikut :
a. Vane (baling‐baling) yang berbentuk anak panah mempunyai tahanan yang melingkar merupakan lingkaran, tahanan tersebut dihubungkan dengan 3 buah saluran ke alat penunjuk, pada tiap titik yang satu sama lain berjarak sama. Arus rata dialirkan tahanan tersebut pada 2 titik, dan jika vane berputar maka kedua kotak tersebut ikut berputar, kumparan penunjuk arah angin dibuat sedemikian rupa sehingga putaran sama dengan putaran vane.
b. Tahanan pada vane ini dihubungkan dengan 3 buah kawat pada kumparan penunjuk, ditengah dipasang sebuah magnit yang mempunyai jarum penunjuk, dan alat ini memerlukan arus DC 12 Volt.
c. Cup anemometer terdiri dari 3 buah mangkok yang dipasang simetris pada sumbu vertical, dimana pada bagian bawah sumbu vertical dipasang sebuah generator, dan jika tertiup angin ketiga mangkok tersebut akan berputar. Tegangan dari generator sebanding dengankecepatan putaran ketiga mangkok, yang kemudian diteruskan ke jarum penunjuk.
3. Penakar Hujan
Di dalam taman alat terdapat dua macam alat penakar hujan yaitu penakar hujan type Hellmann yang bekerja secara otomatis dan penakar hujan type observarium yang bekerja secara manual.
a. Penakar Hujan Otomatis Hellman
Gambar c.3a
Alat ini berfungsi untuk mengukur intensitas, jumlah, dan waktu terjadinya hujan, dipasang dengan ketinggian 120 cm dari permukaan tanah sampai ke corong penakar dan luas penampang corong 200 cm2.
b. Penakar Hujan Observasi
Berfungsi untuk mengukur jumlah curah hujan. Alat ini dipasang diatas tonggak kayu yang dibeton dengan ketinggian 120 cm dari permukaan tanah sampai mulut corong penaka r, luas penampang corong yaitu 100 cm2 dengan kapasitas menampung curah hujan ± 5 liter, dan ditengah corong penakar dipasang kran. Jumlah curah hujan yang tertampung akan dituangkan melalui kran dan ditakar dengan gelas ukur yang berskala sampai dengan 20 mm.
Gambar c.3b
4. Lesymeter
Berfungsi untuk mengukur jumlah evapotranspirasi pada sebidang tanah bervegetasi secara langsung. Alat ini berupa sebuah bejana penampang berukuran 1 m x 1 m yang dibagian atasnya ditanami vegetasi (rumput atau tanaman lain). Unsur yang diamati adalah besarnya penguapan yang berlangsung pada sebidang tanah yang bervegetasi. Prinsip kerja alat tersebut diatas adalah dengan mengukur jumlah air yang menguap dihitung berdasarkan persamaan kesetimbangan air. Cara kerjanya ialah Penyiraman dilakukan sebanyak 10 liter air sesaat setelah dilakukan penghisapan, sehingga besarnya evapotranspirasi selama 24 jam dapat diketahui.
Gambar c.4
5. Portable Weather Season
Sebuah alat yang cara kerjanya secara otomatis dengan bantuan satelit.
Gambar c.5
6. Gun Bellani Integrator
Fungsi alat ini sama dengan alat aktinograf yaitu untuk mengukur total radiasi matahari selama satu hari sejak matahari terbit hinga terbenam. Alat ini tidak secaralangsung mengukur radiasi matahari, tetapi melalui suatu proses penguapan zat cair terlebih dahulu. Jumlah zat cair yang diuapkan berbanding lurus dengan total radiasi matahari yang diterima.
Alat Gun Bellani ini terdiri dari bagian sensor berbentuk bulat hitam yang berisikan air dan dihubungkan dengan tabung buret yang berskala dalam satuan milimeter. Radiasi yang diterima oleh sensor mengakibatkan sensor menjadi panas sehingga zat cair yang ada dalam sensor menguap, kemudian uap air ini akan mengkondensasi dibagian bawah tabung buret. Pengamatan dilakukan dengan membaca jumlah air yang terkondensasi pada tabung buret, kemudian alat dibalik sehingga posisi bola hitam berada dibagian bawah dan air akan masuk ke dalam sensor. Selanjutnya alat dibalik kembali, sensor ada dibagian atas dan zat cair tetap berada dalam bola hitam. Sedikit Zat cair yang tumpah kedalam tabung buret dibaca sebagai skala awal kemudian alat diletakkan kembali kedalam silinder pelindung. Besarnya penambahan volume air yang terkondensasi dapat diketahui dengan cara, yaitu : Jumlah pembacaan hari ini dikurangi dengan skala awal hari sebelumnya, Waktu pengamatan dilakukan setiap pagi jam 07.00 Wib.
Gambar c.6
7. Open Pan Evaporimeter
Berfungsi untuk mengukur evaporasi/penguapan pada periode waktu tertentu. Alat ini berupa sebuah panci bundar besar terbuat dari besi yang dilapisi bahan anti karat dengan garis tengah/diameter 122 cm dan tinggi 25.4 cm. Panci ini ditempatkan diatas tanah berumput pendek dan tanah gundul, dimana alat tersebut diletakkan diatas pondasi terbuat dari kayu yang bagian atas kayu dicat warna putih gunanya untuk mengurangi penyerapan radiasi. Tinggi air dari bibir panci ± 5 cm, bila air berkurang harus segera ditambah agar besarnya penguapan sesuai. Waktu pengamatan : pengamatan I, II, III ( Jam 07.30, 13.30, 17.30 WIB).
Gambar c.7
8. Cup Counter Anemometer
Berfungsi untuk mengukur kecepatan angin selama periode waktu tertentu. Alat ini terdiri dari 3buah mangkok yang akan berputarbila tertiup angin, dimana bagianbawah mangkok terdapat angka counteryang mencatat perputaran mangkok tersebut.
Gambar c.8
9. Campbell Stokes
Berfungsi untuk mengukur lamanya penyinaran matahari . Alat ini berupa bola kaca masif dengan garis tengah/diameter 10 – 15 cm, berfungsi sebagai lensa cembung (konvex) yang dapat mengumpulkan sinar matahari ke suatu titik api (fokus), dan alat ini dipasang di tempat terbuka diatas pondasi beton dengan ketinggian 120 cm dari permukaan tanah. Lamanya penyinaran matahari dicatat dengan jalan memfokuskan sinar matahari tepat mengenai kertas pias yang khusus dibuat untuk alat ini, dan hasilnya pada pias akan bagian yang terbakar, panjang jejak/bekas bakaran menunjukkan lamanya penyinaran matahari. Pada kertas pias terdapat skala jam, sehingga dapat dijumlahkan berapa lamanya matahari bersinar terang / cerah. Pias akan mulai terbakar bila sinar matahari > 0.3 cal/cm2 atau 209,34 WM2.
Pias Campbell Stokes ada 3 macam, yaitu :
a. Pias lengkung panjang dipasang antara tanggal 11 Oktober – 28/ 29 Pebruari.
b. Pias lengkung pendek dipasang antara tanggal 11 April – 31 Agustus.
c. Pias lurus dipasang antar tanggal 1 Maret – 10 April dan 1 September – 10 Oktober.
Waktu pengamatan : pias dipasang jam 06.00 diangkat jam 18.00 WIB.
Gambar c.9
10. Aktinograf Bimetal
Berfungsi untuk mengukur radiasi matahari dalam waktu satu hari, dipasang pada tempat terbuka diatas pondasi beton setinggi 120 cm. Alat ini dinamakan bimetal karena prinsip kerja alat terdiri dari dua buah lempengan logam yang berbeda warna sebagai sensor, yaitu lempengan berwarna putih mengkilat dan warna hitam gelap. Perbedaan selisih nilai pemuaian kedua lempengan tersebut dipakai sebagai dasar pengukuran dan perbedaan ini akan mengakibatkan beda pemuaian pada kedua pengan tersebut, sehingga menimbulkan gerak pada pena dan akan melukis pada kertas pias yang dipasang pada silinder jam. Arah lempeng logam dipasang searah dengan peredaran matahari yaitu arah Timur – Barat. Pias dipasang pada jam 07.00 dan diangkat jam 18.00 WIB. Besarnya total radiasi matahari dapat diketahui dengan menghitung luas lukisan pada kertas pias dengan menggunakan alat Planimeter.
Gambar c.10
11. Automatic Weather Samples (AWS)
Alat ini berfungsi sebagai sample yang digunakan untuk mengetahui kondisi udara di daerah itu. Karena alat terdiri atas alat pengumpul debu yang tujuannya untuk mengetahui seberapa kotor kondisi udara (pengukur polusi udara) dan alat yang satu berfungsi untuk mengetahui seberapa baik kualaitas air hujan.
Gambar c.11
12. Termometer Permukaan Tanah
Berfungsi untuk mengukur suhu tanah dengan kedalaman yang berbeda, yaitu : 0 cm (permukaan tanah), 2 cm, 5 cm, 10 cm, 20 cm, 50 cm dan 100 cm. Thermometer ini menggunakan cairan air raksa dan diletakkandi tanah yang permukaan tanahnya berumput pendek, dan tanah gundul. Untuk thermometer dengan kedalaman 0 cm, 2 cm, 5 cm, 10 cm, dan 20 cm dipasang dengan sudut kemiringan 60º dan dipasang pada penahan besi untuk memudahkan pembacaan. Untuk thermometer dengan kedalaman 50 cm dan 100 cm digunakan thermometer berselubung/ tabung logam tembaga/kuningan. Bagian bawah bola thermometer diisi dengan parafin/lilin, hal ini dimaksudkan untuk memperlambat perubahan suhu ketika diangkat saat pengamatan/ pembacaan. Waktu pengamatan : pengamatan I, II, III (Jam 07.30, 13.30, 17.30 WIB).
Gambar c.12
13. Towering Climatology
Gambar c.13
Berfungsi sebagai tempat alat - alat untuk mengukur profil iklim mikro pada ketinggian 4 m, 7 m, dan 10 m dari permukaan tanah. Pada masing – masing ketinggian terdapat sangkar meteorologi dan cup counter anemometer.
14. Termometer air laut
Termometer ini berfungsi untuk mengukur suhu air laut pada kedalam 1 meter dari atas laut. Alat ini bekerja secara manual. Adapun cara menggunakan yaitu dengan menenggelamkannya ke laut selama 5 menit lalu angkat kembali dan hasilnya akan terbaca seperti termometer pada umumnya.
Gambar c.14
15. Barometer Air Raksa
Barometer air raksa merupakan alat non recording. Alat ini digunakan untuk mengukur tekanan udara. Data yang dihasilkan berupa tekanan udara di stasiun (QFE) dan tekanan udara di permukaan air laur (QFF) dan dinyatakan dalam stasiun Mb. Pengoperasian barometer diperlukan koreksi. Koreksi yang digunakan meliputi, koreksi suhu, koreksi lintang, koreksi tinggi, dan koreksi indeks. Koreksi lintang, koreksi tinggi, dan koreksi indeks di set saat kalibrasi alat berdasarkan kondisi stasiun penggunanya. Ini dilakukan karena nilainya yang berubah-rubah setiap saat.
Barometer air raksa ditempatkan dalam ruangan. Ruang tempat barometer terpasang harus berventilasi bagus dan terhindar dari adanya aliran udara dalam ruang. Suhu ruangan harus dijaga agar tidak terjadi fluktuasi perubahan suhu yang tinggi. Letak barometer harus tergantung vertical terhindar dari sinar lampu yang menyala terus serta terpaan sinar matahari secara langsung.
Pada pengamatan agroklimat, barometer diamati jam 07.00, 13.00, 18.00 waktu setempat. Sedangkan untuk pengamatan sinoptik diamati setiap jam.
Gambar c.15
16. Automatic Weather Season
Fungsi alat AWS ini untuk mengukur dan mencatat unsur cuaca secara otomatis. AWS ini dilengkapi dengan alat sensor , unsur- unsur cuaca akan terdeteksi oleh sensor dan terekam selama 24 jam, dan unsur-unsur cuaca tersebut akan terekam setiap 10 menit pada alat Lodger, kemudian data dari Lodger tersebut dipindahkan dan di edit ke PC Computer program AWS. Data yang sudah tercatat pada PC Computer program AWS diarsipkan kemudian dikirim ke BMG Jakarta. Alat ini dapat mengamati dan mencatat unsur – unsur cuaca. Waktu pengamatan : dilakukan selama 24jam.
Gambar c.16
17. GPS
GPS (Global Potition System) merupakan sebuah alat otomatis yang berfungsi untuk mengetahui letak GPS berada secara lengkap. Seperti titik koordinat, ketinggian di atas permukaan laut dan kemiringan lereng di sekitar itu. GPS juga berfungsi merekan jalur-jalur yang telah dilewati.
Gambar c.17
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil kunjungan ke BMKG yang berada di dua lokasi berbeda. Maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Alat – alat di BMKG Maros merupakan alat – alat yang digunakan untuk mendapatkan informasi bagi keperluan pertanian di daerah Sulawesi Selatan dan kebanyakan alat di tempat ini untuk mengetahui perubahan iklim atau Klimatologi (jangka waktu yang lama).
2. Alat – alat di BMKG Pelabuhan Potere merupakan alat – alat yang digunakan untuk mendapatkan informasi bagi keperluan maritim dan kebanyakan alat di tempat ini hanya bersifat jangka pendek atau perubahan cuaca (meteorology)
B. Saran
Alat-alat klimatologi kita bisa mengunakan sebaik-baiknya dalam memprediksi bagaimana cuaca dan iklim yang akan dating dan akan terjadi.
Kami berharap agar kuliah lapangan ini tetap dilanjutkan sehingga para mahasiswa lebih mampu memahami berbagai alat klimatologi yang berguna bagi pemantauan cuaca dan iklim dan dapat menjadi tambahan ilmu pengetahuan yang baru.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2013. Alat – Alat Klimatologi Konvensional. http://www.google.com. Diakses pada tanggal 05 April 2013 pukul 20.00 WITA.
Hendayana, Dandan. 2013. Mengenal Nama dan Fungsi Alat - Alat Pemantau Cuaca dan Iklim. http://www.google.com. Diakses pada tanggal 05 April 2013 pukul 21.00 WITA.
Umar, Ramli. 2010. Meteorologi dan Klimatologi (Teori dan Aplikasinya). Badan Penerbit UNM. Makassar.
LAMPIRAN
1. Sangkar Meteorologi
2. Penakar Curah Hujan Hellman
3. Gun bellani Integrator
4. Menara Cuaca
5. Thermometer air laut
Sabtu, 11 Januari 2014
curhat mau pulkam
ibu
aku merindukanmu
aku ingin pulang
tapi aku masih terjebak urusan di kota ini
ingin sekali ku peluk tubuhmu
dan kucium tanganmu
dan berkata aku pulang ibu
tapi apa daya hari - hari ini harus tetap ku jalani
tanpamu karena
dunia menuntutku untuk tetap bertahan
jauh dari kalian keluargaku
aku merindukanmu
aku ingin pulang
tapi aku masih terjebak urusan di kota ini
ingin sekali ku peluk tubuhmu
dan kucium tanganmu
dan berkata aku pulang ibu
tapi apa daya hari - hari ini harus tetap ku jalani
tanpamu karena
dunia menuntutku untuk tetap bertahan
jauh dari kalian keluargaku
laporan praktikum lazzarro zpallanzani
LEMBAR
PENGESAHAN
Laporan
Lengkap Praktikum Biologi Dasar dengan judul “Percobaan Lazzaro Spallanzani” disusun oleh:
Nama : Asdianti
Nim/Kelompok : 1215041008/II
Jurusan : Geografi
telah diperiksa oleh Asisten atau Koordinator Asisten,
maka dinyatakan diterima.
Makassar, November 2012
Kordinator
Asisten Asisten
M.Irwan, S.Pd
Abdul Fatta Syam, S.Pd
Mengetahui ,
Dosen
penanggung jawab
Andi
Rahmat Saleh, S. Pd, M. Pd
NIP:
19851010 200812 1 004
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Sebagai makhluk yang sempurna dengan kelebihan akal pikiran yang
diberikan oleh Tuhan. Manusia yang memiliki sifat ingin tahu serta rasa
penasaran yang tinggi ini memiliki pertanyaan mengenai dirinya sendiri sebagai
makhluk hidup. Oleh sebab itu, muncullah sebuah pertanyaan “Dari manakah asal
usul kehidupan ini?”. Pertanyaan tersebut merupakan perdebatan hebat dari para
ilmuwan atau peneliti yang berkecimpung
dibidang ini dari abad ke abad. Selanjutnya muncullah pemahaman mereka yang
kita kenal dengan teori abiogenesis, teori biogenesis, dan disusul dengan teori
Oparin. Dan untuk membuktikan kebenaran dari teori mereka, maka mereka
melakukan percobaan. Dari hasil percobaan yang mereka lakukan, teori biogenesis
muncul sebagai pemenang. Hal ini karena hasil dari percobaan yang dilakukan
oleh ilmuwan yang bernaung pada biogenesis sangat masuk akal dan dapat
dibuktikan secara ilmiah. Adapun mereka adalah Fransisco Redi, Lazzaro
Spallanzani dan Louis Pasteur.
Lazzaro
Spallansani adalah salah satu ilmuwan yang berhasil membuat percobaan untuk
meruntuhkan teori abiogenesis atau Generatio Spontanea. Adapun percobaan yang
beliau lakukan adalah dengan menganalisis atau belajar dari kekurangan
percobaan yang dilakukan oleh Fransisco Redi yang masih dapat dibantah oleh
para tokoh abiogenesis. Dengan kecerdasan yang dimiliki oleh Spallanzani,
beliau berinisiatif dengan membuat percobaan dalam tiga buah wadah dengan bahan
air kaldu tetapi dengan perlakuan yang berbeda yaitu, pada tabung I dimasukkan
air kaldu lalu ditutup rapat agar tidak ada udara yang masuk, pada tabung II
dimasukkan air kaldu dengan takaran yang sama namun disterilkan dahulu tetapi
dibiarkan tetap terbuka, dan tabung III diberi air kaldu dengan takaran yang
sama, disterilkan lalu di tutup rapat.
Percobaan
yang dilakukan Spallanzani terbut tentu saja dapat dibuktikan juga oleh orang
lain dengan mengikuti langkah kerja beliau. Sebab, hal ini telah dibuktikan
juga oleh banyak orang dan semakin memperkuat pembuktian Spallanzani. Dari
penjelasan di atas yang menjadi latar belakang kami sebagai manusia berakal dan
berkecimpung di fakultas MIPA untuk membuktikan teori biogenesis, khususnya
percobaan Lazzaro Spallanzani.
B. Tujuan
Praktikum
Percobaan ini bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada mahasiswa
mengikuti jalan pikiran dan langkah – langkah yang pernah dilakukan oleh para
ilmuwan/peneliti dalam memecahkan masalah biologi, khususnya menjawab
pertanyaan “dari manakah asal kehidupan?”.
C. Manfaat
Praktikum
Adapun manfaat yang didapatkan setelah melakukan percobaan ini yaitu:
a. Memberikan pengetahuan kepada mahasiswa tentang
langkah – langkah yang pernah dilakukan oleh para ilmuwan dalam memecahkan
masalah biologi dan kebenaran dari teori dari para ilmuwan.
b. Meningkatkan frekuensi pendukung teori biogenesis
karena setelah melakukan percobaan dan melihat langsung hasil percobaan yang
ada semakin memperkuat kebenaran dari percobaan Lazzaro tersebut.
c. Memberikan
pengalaman kepada mahasiswa tentang cara melakukan percobaan dan langkah –
langkah ilmiah seperti yang dilakukan oleh para ilmuwan/peneliti di dalam
laboratorium.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
Pertanyaan “dari manakah asal kehidupan?”, telah
dicoba dijawab dengan berbagai teori dan percobaan. Diantaranya adalh percobaan
Spallanzani yang meraguKan kebenaran teori Abiogenesis/Generatio Spontaneae
dari Aristoteles (Tim Pengajar, 2012).
Sebelum abad 17 orang menganggap bahwa makhluk hidup
itu terbentuk secara spontan atau terbentuk dengan sendirinya. Paham ini disebut juga Abiogenesis artinya makhluk
hidup dapat terbentuk dari bukan makhluk hidup, misalnya dari lumpur timbul
cacing. Faham ini antara lain dipelopori oleh Aristoteles ( Ahmadi dan Supatmo,
1991).
Walaupun telah bertahan selama ratusan tahun, tidak
semua orang membenarkan paham abiogenesis. Orang – orang yang ragu terhadap
kebenaran paham abiogenesis tersebut terus mengadakan penelitian memecahkan
masalah tentang asal usul kehidupan. Orang – orang yang tidak puas terhadap
pandangan abiogenesis itu antara lain Francesco Redi (Italia, 1626-1799), dan
Lazzaro Spallanzani (Italia, 1729 – 1799), dan Louis Pasteur (Prancis, 1822 –
1895). Berdasarkan hasil penelitian dari tokoh – tokoh ini, akhirnya paham
abiogenesis / generatio spontanea menjadi pudar karena paham tersebut tidak
dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya (Annilasyiva, 2011).
Teori biogenesis merupakan teori yang mengatakan bahwa
makhluk hidup berasal dari makhluk hidup sebelumnya. Teori ini didukung oleh
beberapa penelitian yang dilakukan oleh:
1. Fransisco Redi (1626 –
1698)
Francisco Redi adalah
seorang ilmuwan berkebangsaan Italia, ia merupakan orang pertama yang membantah
teori Generatio Spontanea. Ia melakukan eksperimen untuk mendapat fakta
yang benar.
Untuk
menjawab keragu-raguannya terhadap paham abiogenesis, Francesco Redi mengadakan
percobaan. Pada percobaannya Redi menggunakan bahan tiga kerat daging dan tiga
toples. Percobaan Redi selengkapnya adalah sebagaiberikut:
a. Stoples I : disi dengan sekerat daging, dibiarkan tetap terbuka.
a. Stoples I : disi dengan sekerat daging, dibiarkan tetap terbuka.
b. Stoples II
:
diisi
dengan sekerat daging, dan dibiarkan tetap terbuka.
c. Stoples III : diisi dengan sekerat daging,
ditutup rapat-rapat.
Ia menggunakan daging segar yang diletakkan di dalam tiga tabung. Perlakuan tabung ditutup rapat, tabung II ditutup kain kasa dan tabung III tidak ditutup dan dibiarkan terbuka. Setelah beberapa hari Francisco Redi mendapatkan hasil eksperimen. Ternyata botol tabunngI tidak ada mikroba, tabung II terdapat sedikit mikroba, dan tabung III terdapat banyak mikroba. Dari hasil eksperimen ini Francisco Redi kemudian membuat kesimpulan bahwa mikroba yang berupa belatung yang terdapat pada daging tersebut berasal dari telur-telur lalat yang ditinggalkan pada saat lalat tersebut mengerumuni daging yang membusuk. Dari hal ini maka teori Abiogenesis runtuh diganti dengan teori Biogenesis yaitu bahwa makhluk hidup tidak begitu saja terbentuk dari benda-benda mati, melainkan dari makhluk hidup juga (Kistinnah, 2009).
Ia menggunakan daging segar yang diletakkan di dalam tiga tabung. Perlakuan tabung ditutup rapat, tabung II ditutup kain kasa dan tabung III tidak ditutup dan dibiarkan terbuka. Setelah beberapa hari Francisco Redi mendapatkan hasil eksperimen. Ternyata botol tabunngI tidak ada mikroba, tabung II terdapat sedikit mikroba, dan tabung III terdapat banyak mikroba. Dari hasil eksperimen ini Francisco Redi kemudian membuat kesimpulan bahwa mikroba yang berupa belatung yang terdapat pada daging tersebut berasal dari telur-telur lalat yang ditinggalkan pada saat lalat tersebut mengerumuni daging yang membusuk. Dari hal ini maka teori Abiogenesis runtuh diganti dengan teori Biogenesis yaitu bahwa makhluk hidup tidak begitu saja terbentuk dari benda-benda mati, melainkan dari makhluk hidup juga (Kistinnah, 2009).
2. Spallanzani
Spallanzani adalah
seorang tokoh ilmuwan dari Italia. Ia melakukan kegiatan eksperimen pada tahun
1765, untuk menentang teori Nedham. Spallanzani mengadakan pembuktian dengaN
air kaldu yang ditempatkan di dalam tabung.
Hasil percobaannya sama dengan Francisco Redi yaitu
makhluk hidup berasal dari sesuatu yang hidup. Spallanzani menjelaskan
bahwa kegagalan percobaan Nedham karena Nedham tidak merebus tabung cukup lama
sampai semua organisme terbunuh dan Nedham juga tidak menutup leher tabung
dengan rapat sehingga masih ada organisme yang masuk dan tumbuh (Kistinnah, 2009).
Pada
tabung pertama, spalanzani memanaskan kaldu dengan suhu 15 derajat celcius
selama beberapa menit. Kemudian, tabung tersebut dibiarkan terbuka selama
beberapa saat.
Sementara itu, Pada tabung kedua
spalanzani juga melakukan hal yang sama yaitu memanaskan kaldu dengan suhu dan
waktu sama. hanya saja, pada tabung kedua ini, spalanzanni tidak membiarkan
tabung terbuka, tetapi menutupnya dengan sangat rapat menggunakan gabus yang
tidak dapat ditembus udara. Kemudian tabung tertutup itu dibiarkan beberapa
saat .
Setelah kedua tabung tersebut
dibiarkan beberapa saat. Kaldu di dalam tabung yang tidak ditutup tersebut
berubah menjadi keruh dan aroma nya pun berubah menjadi bau. Hal ini menandakan
bahwa adanya mikroba yang mengubah kaldu tersebut
Sedangkan, kaldu di tabung kedua tetap jernih seperti pada
saat kaldu tersebut di panaskan, baunya pun juga tidak berubah. Tetapi pada
saat tabung kedua ini dibuka tutupnya dan dibiarkan beberapa saat, kaldu nya
berubah menjadi keruh sama seperti pada tabung pertama. Hal itu membuktikan
bahwa mikroba di dalam kaldu tersebut muncul dari udara yang masuk ke tabung.
berdasarkan percobaan nya tersebut,
spalanzani menyimpulkan bahwa mikroba didalam kaldu bukan berasal dari kaldu
tersebut yang merupakan benda mati. Tetapi berasal dari udara yang membawa
mikroba masuk ke dalam tabung. Hal ini sekaligus mematahkan teori abiogenesis
yang menyatakan bahwa makhluk hidup berasal dari benda mati (Heryana, 2012)
3.
Pasteur
Louis Pasteur melakukan
percobaan pada tahun 1864. Tujuan percobaan Pasteur adalah untuk menguji dan
memperbaiki percobaan dari Redi dan Spallanzani. Pasteur membuat labu berleher
angsa, yang agak tertutup namun masih dapat berhubungan dengan udara, Prinsip
tabung ini adalah udara dapat masuk ke dalam tabung, tapi debu akan menempel
pada lengkungan leher tabung.
Percobaan
yang dilakukan oleh Pasteur adalah merebus kaldu hingga mendidih kemudian kaldu
tersebut didiamkannya beberapa saat di dalam tabung leher angsa. Setelah beberapa hari,
bakteri tidak tumbuh pada kaldu tersebut, tetapi beberapa hari kemudian air
kaldu sudah ditumbuhi bakteri.
Dari
teori Pasteur inilah maka teori abiogenesis (Generatio spontanea)
tumbang. Sehingga disimpulkan bahwa makhluk hidup berasal dari makhluk hidup
pula (Kistinnah, 2009).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A.
Waktu dan Tempat
1. Hari/Tanggal :
Jumat/ 09 November 2012
2. Waktu :
pukul 15.30 – 16.30 WITA
3. Tempat :
Laboratorium Biologi FMIPA UNM lantai III Timur
B. Alat dan
Bahan
1.
Alat
a.
3 buah tabung
reaksi
b.
1 buah rak
tabung reaksi
c.
2 buah sumbat
gabus/karet yang sesuai
d.
1 buah lampu
spiritus
e.
1 buah klem kayu
f.
Label
g.
1 buah gelas air
minum bekas
2.
Bahan
a.
30 ml kaldu cair
b.
1 potong lilin
c.
Korek api
C. Prosedur
Kerja
1.
Mengisi ketiga
tabung reaksi dengan kaldu masing-masing 10 ml
2.
Tabung I,
menyumbatnya dengan tutup gabus/karet dan menetesi lilin cair sela antara mulut
tabung dengan tutup.
3.
Tabung II,
mendidihkan kaldunya di atas api lampu spiritus selama 2 menit, membiarkan
tabung terbuka (tanpa tutup)
4.
Tabung III,
mendidihkan kaldunya di atas api lampu spiritus selama 2 menit, lalu segera
menutup dengan sumbat gabus dan tetesi lilin cair sela antara mulut tabung
dengan tutupnya.
5.
Meletakkan semua
tabung percobaan pada rak tabung reaksi dan menyimpan di atas meja kerja,
mengusahakan terhindar dari gangguan hewan, cahaya matahari langsung dan sumber
panas lainnya.
6.
Melakukan
pengamatan dan mencatatnya setiap hari, selama 5 hari.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil Pengamatan
Berikut dalah
tabel pengamatan yang dilakukan selama empat hari dengan memperhatikan ada atau
tidaknya perubahan warna, bau, dan endapan pada setiap tabung yang berisi kaldu
cair :
Tabung
Hari ke-
|
I
|
II
|
III
|
IV
|
V
|
|
A
|
W
|
Bening
Kekuningan
|
Bening
|
Bening
|
Keruh
|
Keruh
|
B
|
-
|
-
|
-
|
-
|
+
|
|
E
|
-
|
-
|
-
|
-
|
+
|
|
B
|
W
|
Bening
Kekuningan
|
Bening
|
Bening
|
Keruh
|
Keruh
|
B
|
-
|
-
|
-
|
-
|
+
|
|
E
|
-
|
-
|
-
|
-
|
+
|
|
C
|
W
|
Bening
Kekuningan
|
Bening
|
Bening
|
Keruh
|
Keruh
|
B
|
-
|
-
|
-
|
-
|
+
|
|
E
|
-
|
-
|
-
|
-
|
+
|
Keterangan:
+ : Ada perubahan W :
Warna
- : Tidak ada perubahan B :
Bau
E : Endapan
Objek pengamatan :
Keadaan ketiga tabung
reaksi pada hari pertama,
Tabung I Tabung II Tabung III
Keadaan
ketiga tabung reaksi pada hari terakhir,
Tabung
I Tabung
II Tabung III
Perlakuan
terhadap objek :
Tabung I :
tertutup dan tidak dipanaskan
Tabung II :
terbuka dan dipanaskan
Tabung III :
tertutup dan dipanaskan
B.
Pembahasan
1.
Tabung I
Pada tabung ke I, air kaldu yang telah diukur setinggi 10 ml dimasukkan
ke dalam tabung reaksi kemudian ditutup rapat. Dan ditetesi lilin cair
disekitar mulut tabung.
Pada hari pertama hingga hari ke tiga warna air kaldu masih bening. Hal
ini disebabkan karena mikroba yang berkembang biak walaupun tidak begitu cepat
karena tidak terkontaminasi dengan udara bebas.
Pada pengamatan hari kelima atau terkhir terjadi
perubahan warna air kaldu menjadi kekuningan dan terbentuk endapan. Dan pada
saat penutup dari tabung tersbut dibuka tiba-tiba menimbulkan bau tak sedap
(busuk). Hal ini disebabkan karena mikroba pada air kaldu tersebut terus
berkembang biak. Mengingat perlakuan yang diberikan yaitu air kaldu tidak dipanaskan
sehingga meskipun ditutup dan tidak terkontaminasi dengan udara bebas mikroba
dapat tetap berkembang biak
2.
Tabung II
Pada tabung II diberikan perlakuan dengan cara air
kaldu yang telah dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian disterilkan dengan
cara didihkan dengan api lambu spiritus selama kurang lebih dua menit. Setelah
itu langsung diletakkan di dalam rak tabung.
Walaupun awalnya mikroba dalam air kaldu telah mati
saat pemanasan, tetapi dengan tidak ditutupnya tabung mengakibatkan air kaldu
tersebut terkontaminasi bebas dan mengandung banyak mikroba, sehingg mikroba
tersebut berkembang biak walaupun dalam jumlah yang sedikit, sehingga air kaldu
menjadi kekuningan atau keruh.
3.
Tabung III
Pada tabung ke I, air kaldu yang telah diukur setinggi 10 ml dimasukkan
ke dalam tabung reaksi kemudian ditutup rapat. Dan ditetesi lilin cair
disekitar mulut tabung.
Pada hari pertama hingga hari ke empat warna air kaldu masih bening. Hal
ini disebabkan karena mikroba yang berkembang biak walaupun tidak begitu cepat
karena tidak terkontaminasi dengan udara bebas.
Pada pengamatan hari ke empat, terjadi perubahan warna air kaldu menjadi
kekuningan. Dan pada hari kelima terlihat butiran debu putih pada dasar tabung
yang menandakan terbentuknya sedikit endapan pada air kaldu tersebut. Dan
ketika penutup dari tabung tersebut
dibuka tiba-tiba menimbulkan bau tak sedap (busuk).
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah kelompok kami lakukan selama
lima hari berturut – turut. Terdapat beberapa perbedaan hasil pengamatan dengan
hasil yang diperoleh Spallanzani pada percobaannya. Terutama pada tabung ke
tiga, hal tersebut kemungkinan besar dipengaruhi oleh faktor alat dan
ketelitian kami dalam melakukan pengamatan ini. Karena hasil yang seharusnya
adalah air kaldu tetap bening, tidak ada endapan dan tidak menghasilkan bau
apapun. Sedangkan pada hasil pengamatan kami terjadi perubahan warna menjadi
kekuningan pada hari ke empat dan pada hari terakhir ketika sumbat dibuka
tercium bau yang tak sedap.
Meskipun percobaan kami ini kurang berhasil dan tidak sesuai dengan yang
seharusnya. Namun, dari hasil itu tetap dapat terbukti bahwa teori biogenesis itu
benar yaitu mikroorganisme berasal dari udara bebas dan dari mikroorganisme
lainnya yang sudah ada.
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh, maka
dapat disimpulkan bahwa makhluk hidup berasal dari makhluk hidup sebelumnya
(teori Biogenesis). Perubahan warna pada air kaldu berasal dari mikroorganisme
yang telah ada sebelumnya dan mikroorganisme yang ada pada udara bebas. Dari
percobaan yang dilakukan maka percobaan Lazzaro Spallanzani terbukti
kebenarannya yaitu dari percobaannya ia memebuktikan bahwa makhluk hidup bukan
berasal dari benda mati melainkan makhluk hidup berasal dari makhluk hidup
sebelumnya.
B.
Saran
1.
Untuk praktikan
Pada praktikum ini, diperlukan ketelitian mata dalam melihat hasil
pengamatan dan kepekaan hidung untuk mencium bau yang timbul pada percobaan dan
kelincahan dalam mengoperasikan alat, selain itu perlu adanya kelincahan untuk
meneliti setiap perubahan terjadi pada percobaan.
2.
Untuk asisten
Sebaiknya asisten mendampingi atau mengarahkan anggota
kelompok yang kurang memahami percobaan yang dipraktikumkan.
3.
Untuk laboran
Sebaiknya alat – alat yang disediakan
diperhatikan kesediaan dan
kelengkapannya, sehingga praktikan dapat makukan percobaan atau eksperimen
sesuai aturan.
DAFTAR
PUSTAKA
Annilasyiva.2012.
Asal Usul Kehidupan.http://www.google.co.id. Diakses pada tanggal 08
November 2012.
Anonim. 2012. Asal
Usu Kehidupan.http://www.forumsains.com/biologi-smu/konsep-hidup-dan-kehidupan/
Edit Terakhir: Mei 17 2009, 09:07:23
oleh milmi Diakses pada tanggal 08 November 2012.
Kistinnah Idun. 2009. Biologi Mahkluk Hidup dan Lingkungannya. Jakarta: Pusat Perbukuan
Nasional.
Tim Penyusun.2012. Penuntun Praktikum Biologi Dasar.
Jurusan Biologi FMIPA UNM. Makassar.
Posted by Dadi Heryana on Wednesday,
October 10, 2012
Pada kesempatan kali ini, saya
disini akan sedikit mencoba untuk menjelaskan salah satu teori tentang asal
usul kehidupan yang di kemukakan oleh lazarro spallanzani. Dia adalah seoarang
biologiwan italia yang mendukung teori biogenesis. spalanzanni melakukan
percobaan untuk mematahkan teori abiogenesis, dalam percobaan nya dia
menggunakan 2 buah tabung yang disi dengan kaldu.
Pada tabung pertama, spalanzani memanaskan kaldu dengan suhu
15 derajat celcius selama beberapa menit. Kemudian, tabung tersebut dibiarkan
terbuka selama beberapa saat.
Sementara itu, Pada tabung kedua
spalanzani juga melakukan hal yang sama yaitu memanaskan kaldu dengan suhu dan
waktu sama. hanya saja, pada tabung kedua ini, spalanzanni tidak membiarkan
tabung terbuka, tetapi menutupnya dengan sangat rapat menggunakan gabus yang
tidak dapat ditembus udara. Kemudian tabung tertutup itu dibiarkan beberapa
saat .
Setelah kedua tabung tersebut
dibiarkan beberapa saat. Kaldu di dalam tabung yang tidak ditutup tersebut
berubah menjadi keruh dan aroma nya pun berubah menjadi bau. Hal ini menandakan
bahwa adanya mikroba yang mengubah kaldu tersebut
Sedangkan,
kaldu di tabung kedua tetap jernih seperti pada saat kaldu tersebut di
panaskan, baunya pun juga tidak berubah. Tetapi pada saat tabung kedua ini
dibuka tutupnya dan dibiarkan beberapa saat, kaldu nya berubah menjadi keruh
sama seperti pada tabung pertama. Hal itu membuktikan bahwa mikroba di dalam
kaldu tersebut muncul dari udara yang masuk ke tabung.
berdasarkan percobaan nya tersebut,
spalanzani menyimpulkan bahwa mikroba berasal
dari udara yang membawa mikroba masuk ke dalam tabung.
LAMPIRAN
Pertanyaan
dan Jawaban
1. Apakah
yang menjadi penyebab terjadinya perubahan kaldu pada percobaan tersebut di
atas?
Jawab : penyebabnya adalah karena adanya
mikroorganisme yang kemudian berkembangbiak dalam air kaldu
2. Dari
manakah datangnya makhluk hidup yang menyebabkan terjadinya perubahan kaldu
tersebut?
Jawab : berasal dari udara luar, dan
juga berasal dari air kaldu itu sendiri yang tidak disterilkan sehingga mikroorganisme yang ada di dalamnya masih
hidup.
3. Perubahan
kaldu pada percobaan tersebut di atas terjadi pada tabung yang diperlakukan
bagaimana? Mengapa bisa terjadi demikian?
Jawab : perubahan kaldu terjadi pada
tabung I dan tabung II. Karena pada tabung I
masih memiliki mikroorganisme karena
tidak disterilkan dan pada tabung II yang
disterilkan tapi terkontaminasi dengan udara luar.
4. Pada
tabung yang diperlakukan bagaimana yang kaldunya tidak mengalami perubahan?
Mengapa tidak terjadi perubahan warna dan bau?
Jawab : tabung III tidak begitu banyak
mengalami perubahan, disebabkan karena mikroorganisme dalam air kaldu mati pada
saat dipanaskan dan mikroorganisme dari luar tidak dapat masuk karena ditutup
rapat.
5. Mungkinkah
dari bahan kaldu itu secara tiba-tiba akan muncul makhluk hidup baru?
Jawab : tidak mungkin. Karena penyebab
munculnya makhluk hidup itu adalah air kaldu yang mengandung mikroba (tidak
steril dan terkontaminasi) yang tidak tampak karena jumlahnya yang masih
sedikit dan lama kelamaan bertambah banyak setelah mengalami pembiakan.
6. Hasil
percobaan di atas dapatkah digunakan sebagai bukti yang kuat untuk menyangkal
pendapat generatio spontanea?
Jawab : ya,
percobaan di atas dapat menyangkal pendapat abiogenesis
karena dari percobaan yang telah dilakukan disimpulkan bahwa kehidupan itu
tidak berasal dari benda mati (terjadi pada tabung III), melainkan berasal
dari makhluk hidup sebelumnya (terlihat pada tabung I dan tabung II).
Langganan:
Postingan (Atom)