BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Geografi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari gejala
– gejala Geosfer atau segala sesuatu yang ada di bumi. Meskipun sampai saat ini
identitas golongan ilmu Geografi masih sangat membimbangkan karena ilmu ini
juga sangat lekat dengan Sains dan sekaligus melibatkan Sosial dalam
penerapannya mengingat salah satu objek Geografi yaitu Antrophosfer. Namun,
seperti sudah sangat tertanam erat dibenak masyarakat umum bahwa jika kita
berbicara mengenai Geografi pastilah berhubungan dengan yang namanya peta.
Di dalam Geografi terdapat banyak sekali fenomena Geosfer
maka di dalam ilmu Geografi terbagi lagi ke dalam beberapa cabang ilmu yang
masing – masing memiliki bidang kajian masing – masing. Salah satu cabang ilmu
di Geografi adalah Kartografi. Kartografi merupakan seni,
pengetahuan teknologi tentang pembuatan peta-peta sekaligus mencakup setudinya
sebagai dokumen ilmiah dan hasil kariya seni (ICA,1973).Objek utama Kartografi adalah peta.
Defenisi peta adaalah penggambaran dua dimensi (pada bidang datar)
keseluruhan atau sebagian dari permukaan bumi yang diproyeksikan dengan
perbandingan /skala tertentu dan dilengkapi dengan symbol-simbol.
Di dalam perkembangan ilmu pengetahuan pengguanaan peta saat
ini sangat di perlukan. Bahkan sudah banyak alat yang secara automatic yang
telah diciptakan oleh para ahli. Maka, sebagai seorang Geographer maka wajiblah
kita mengetahui cara membuat peta sendiri yang merupakan symbol dari identitas
kita dengan maksud untuk disajikan kepada masyarakat sebagai bentuk pengabdian
kita terhadap Negara.
B.
TUJUAN
1.
Tujuan
Umum
Setelah melakukan praktik lapang ini, mahasiswa diharapkan
dapat mengetahui dan memahami cara pengumpulan data, pengolahan dan penuangannya
di atas kertas berupa peta kemiringan dan peta arah.
2.
Tujuan
Khusus
Setelah praktik lapang ini, mahasiswa diharapkan
dapat:
a. Mengetahui cara penggunaan alat-alat
yang digunakan saat pengukuran di lapangan.
b. Mengumpulkan data di lapangan
menggunakan alat – alat Kartografi.
c. Mengolah data yang diperoleh dari
hasil pengukuran.
d. Menggambarkan hasil olahan data di
kertas grafik dengan menggunakan skala.
e. Mengetahui cara membuat peta
kemiringan dan peta arah.
C. Sasaran (Jumlah)
Pada
praktik lapang Kartografi Dasar diikuti oleh peserta yang berasal dari:
1.
Mahasiswa Pendidikan Geografi 2012 = 46 orang
2.
Mahasiswa Geografi ICP 2012 = 16 orang
3.
Mahasiswa Geografi
Sains 2012 = 1 orang
Jumlah =
63 orang
D. Lokasi
Praktik
lapang Kartografi Dasar ini diadakan di Kelurahan Bontoleru Malino Kabupaten
Gowa Provinsi Sulawesi Selatan Indonesia.
E. Waktu Pelaksanaan
Praktik lapang Kartografi Dasar ini
dilaksanakan selama dua hari berturut – turut yaitu dari hari Jumat 11 April
2013 hingga hari Sabtu 12 April 2013.
F. Jadwal
Adapun
jadwal kegiatan kami pada praktik lapang Kartografi Dasar selama dua hari ini
yaitu:
1.
Jumat, 11 April 2013
a.
07.00 – 11.30 WITA : Perjalanan menuju lokasi praktil lapang
b.
11.30 – 14.00 WITA : Ishoma
c.
14.00 – 16.00 WITA : Pengumpulan data di lapangan
d.
16.00 - 18.30 WITA : Pengolahan data yang diperoleh
e.
19.00 – 19.30 WITA : Makan malam
f.
19.30 – selesai : Menggambar peta arah dan peta kemiringan
2.
Sabtu, 12 April 2013
a.
05.00 – 12.30 WITA : Ishoma
b.
12.30 – 16.00 WITA : Perjalanan pulang ke kampus
G. Sistematika Penulisan
Pada
penulisan laporan ini memiliki sistematika penulisan yang formal dan sesuai
dengan sistematika penulisan ilmiah karena memiliki beberapa bagian yang dibagi
ke dalam beberapa bab yaitu bab satu pendahuluan, bab dua kajian pustaka, bab
tiga hasil dan pembahasan dan bab empat penutup.
Selain
itu laporan ini memiliki sampul, halaman pengesahan, kata pengantar, daftar
isi, dan lampiran yang berupa gambar dari hasil yang kami peroleh di lapangan
saat menjalani praktikum.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Kartografi adalah seni, pengetahuan
teknologi tentang pembuatan peta-peta sekaligus mencakup setudinya sebagai
dokumen ilmiah dan hasil kariya seni (ICA,1973). Dalam konteks ini peta dapat
dikata gorikan kedalam semua tipe peta, (peta sekala besar), chart, bentuk tiga
dimensional dan globe menyajikan madel bumi atau sebuah benda angkasa dalam
sekala tertentu. Peta itu sendiri menurut ICA adalah suatu gambaran
unsure-unsur atau kenampakan-kenampakan abstrak, atau yang ada kaiannya dengan
permukaan bumi atau benda-benda angkasa, dan umumnya digambarkan. Dari defnisi tersebut dapat di
mengerti bahwa tugas seorang kartografi adalah membuat peta, yaitu merancang (map
design) yang meliputi desain simbol (symbol design) tata letak peta
(map lay-out), isi peta (map conteny), dan generalisasi (generalization).peta
adalah suatu komunikasi grafis yang berate impormasi yang diberikan dalam peta
berupa suatu gambar atau symbol
(Anonim, 2013).
Kartografi adalah ilmu dan teknik pembuatan peta
(Prihandito, 1989). Proses kartografi adalah proses grafis sampai sebuah gambar
menjadi peta yang terlihat informative (map composition). Bahan kartografi
semua bahan yang secara keseluruhan atau sebagian menggambarkan bumi atau benda
angkasa dalam semua skala, termaksud peta dan gambar rencana dalam 2 dan 3
dimensi; peta penerbangan, pelayaran, dan angkasa; bola peta bumi; diagram
balok; belahan; foto udara, satelit, dan foto ruang angkasa ; atlas; gambar
udara selayang pandang, dan sebagainya (Okta, 2013).
Hubungan keruangan dapat saja disajikan dalam bentuk kata –
kata atau angka – angka, tetapi hal itu kurang efisien, seperti pernah
disebutkan oleh suatu ungkapan: “suatu gambar dapat berisi seribu kata – kata”
(a picture is worth a thousand words). Peta menggunakan symbol – symbol dua
dimensi untuk mencerminkan fenomena geografikal atau dengan suatu cara yang
sistematis, dan dengan hal ini memerlukan kecakapan untuk membuatnya dan
membacanya. Peta merupakan teknik komunikasi yang tergolong dalam cara grafis,
dan untuk efisiensinya kita harus mempelajari dengan baik atribut – atribut /
elemen – elemen dasarnya, seperti juga pada cara – cara komunikasi yang lain.
Kita harus mempelajari fungsi dari peta itu (Zhiddiq, 2013).
Menurut Zhiddiq (2013), Pada hakekatnya system dasar dari
komunikasi dapat digambarkan dalam diagram berikut:
Signal
source
|
Encoder
|
Channel
|
Decorded
|
Recipient
|
Noise
Pakar
geografi pada umumnya, demikian pula perencana, sejarahwan, ekonomiwan, pakar
pertanian, pakar geologi dan pakar – pakar lain yang berkecimpung dalam ilmu –
ilmu dasar dan keteknikan, telah menyadari bahwa suatu peta merupakan alat
bantu yang tidak dapat ditinggalkan dan diperlukan. Suatu peta berskala besar
yang menggambarkan detail suatu daerah yang sempit, dapat mencerminkan bentuk
lahan, aliran, vegetasi, pole’, pemukiman, jalan – jalan, keadaan geologi dan
banyak detail – detail lainnya, yang kesemuanya ini memungkinkan kita melihat
saling hubungannya, yang diperlukan untuk perencanaan dan pelaksanaan suatu
pekeraan secara ilmiah (Zhiddiq, 2013).
Menurut Zhiddiq (2013), skala peta
dapat diartikan sebagai berikut:
a.
Perbandingan jarak antara dua titik sembarang
di peta dengan jarak horizontal kedua titik itu di permukaan bumi (dengan
satuan ukuran yang sama).
b.
Perbandingan antara jari – jari globe
dengan jari – jari bumi (spheroid).
Ada
beberapa cara untuk menyatakan skala (peta):
a.
Skala angka / skala pecahan
Skala
yang dinyatakan dengan angka dan pecahan
Contoh:
1)
Skala angka (numeric scale) ---- 1 : 50.000
2)
Skala pecahan (representative fraction) = RF ---- 1 : 50.000
Hal ini menunjukkan bahwa satu satuan
jarak pada peta mewakili 50.000 satuan jarak pada peta mewakili 50.000 satuan
jarak horizontal di permukaan bumi. Jadi berarti:
1 cm dip eta
mewakili 50.000 cm di medan (500 m) atau ½ km
1 inchi mewakili
50.000 atau 50.000/63.360 mile
b.
Skala yang dinyatakan dengan kalimat
Pada
peta – peta yang tidak menggunakan satuan pengukuran metric (misalnya peta –
peta di Inggris), pernyataan skala dengan kalimat sering dilakukan.
Contoh:
1
inchi to one miles = 1: 63.660
1
inchi to two miles = 1: 126.720
Tetapi
cara ini, biasanya sebagai tambahan disamping cara – cara lain.
c.
Skala grafis (graphical scala line)
Dari
skala angka 1: 50.000, menjadi skala grafis, sebagai berikut:
0 1 2 3 4 km
0 1 2 3 4
5 6
7 8
cm
1: 50000
0 1 2 3 4 km
0 1 2 3 4 5 6 7 8
cm
1 : 50000
0 1 2 3
mil
0 1 2 3
inchi
1: 63360
Untuk
menentukan panjang dari skala grafis, dapat digunakan rumus sederhana sebagai berikut:
S
, dimana S= skala, sebagai suatu
pecahan, misalnya 1:25.000
MD
= jarak pada peta
GD
= jarak di lapangan
Theodolit adalah salah satu alat
ukur tanah yang digunakan untuk menentukan tinggi tanah dengan sudut mendatar
dan sudut tegak. Berbeda dengan waterpass yang hanya memiliki sudut mendatar
saja. Di dalam theodolit sudut yang dapat di baca bisa sampai pada satuan sekon
(detik).
Di dalam pekerjaan – pekerjaan yang
berhubungan dengan ukur tanah, theodolit sering digunakan dalam bentuk
pengukuran polygon, pemetaan situasi, maupun pengamatan matahari. Theodolit
juga bisa berubah fungsinya menjadi seperti Pesawat Penyipat Datar bila sudut
verticalnya dibuat 90º.Dengan adanya teropong pada theodolit, maka theodolit
dapat dibidikkan kesegala arah. Di dalam pekerjaan bangunan gedung, theodolit
sering digunakan untuk menentukan sudut siku-siku pada perencanaan / pekerjaan
pondasi, theodolit juga dapat digunakan untuk mengukur ketinggian suatu
bangunan bertingkat (Prasetio, 2013).
Menurut
Winnie (2013), konstruksi
instrument theodolite ini secara mendasar dibagimenjadi 3 bagian, lihat gambar
di bawah ini :
1. Bagian Bawah, terdiri dari pelat
dasar dengan tiga sekrup penyetel yang menyanggah suatu tabung sumbu dan pelat
mendatar berbentuk lingkaran. Pada tepi lingkaran ini dibuat pengunci limbus.
2. Bagian Tengah, terdiri dari suatu
sumbu yang dimasukkan ke dalam tabung dan diletakkan pada bagian bawah. Sumbu
ini adalah sumbu tegak lurus kesatu. Diatas sumbu kesatu diletakkan lagi suatu
plat yang berbentuk lingkaran yang berbentuk lingkaran yang mempunyai jari –
jari plat pada bagian bawah. Pada dua tempat di tepi lingkaran dibuat alat
pembaca nonius.Di atas plat nonius ini ditempatkan 2 kaki yang menjadi
penyanggah sumbu mendatar atau sumbu kedua dan sutu nivo tabung diletakkan
untuk membuat sumbu kesatu tegak lurus. Lingkaran dibuat dari kaca dengan garis
– garis pembagian skala dan angka digoreskan di permukaannya. Garis – garis
tersebut sangat tipis dan lebih jelas tajam bila dibandingkan hasil goresan
pada logam. Lingkaran dibagi dalam derajat sexagesimal yaitu suatu lingkaran
penuh dibagi dalam 360° atau dalam grades senticimal yaitu satu lingkaran penuh
dibagi dalam 400 g.
3. Bagian Atas, terdiri dari sumbu
kedua yang diletakkan diatas kaki penyanggah sumbu kedua. Pada sumbu kedua
diletakkan suatu teropong yang mempunyai diafragma dan dengan demikian
mempunyai garis bidik. Pada sumbu ini pula diletakkan plat yang berbentuk
lingkaran tegak sama seperti plat lingkaran mendatar.
Menurut
Winnie (2013), pengoperasian theodolit adalah sebagai berikut:
1. Penyiapan Alat Theodolite
Cara kerja penyiapan alat theodolita
antara lain :
a. Kendurkan sekrup pengunci
perpanjangan
b. Tinggikan setinggi dada
c. Kencangkan sekrup pengunci
perpanjangan
d. Buat kaki statif berbentuk segitiga
sama sisi
e. Kuatkan (injak) pedal kaki statif
f. Atur kembali ketinggian statif sehingga
tribar plat mendatar
g. Letakkan theodolite di tribar plat
h. Kencangkan sekrup pengunci centering
ke theodolite
i.
Atur
(levelkan) nivo kotak sehingga sumbu kesatu benar-benar tegak / vertical dengan
menggerakkan secara beraturan sekrup pendatar / kiap di tiga sisi alat ukur
tersebut.
j.
Atur
(levelkan) nivo tabung sehingga sumbu kedua benar-benar mendatar dengan
menggerakkan secara beraturan sekrup pendatar / kiap di tiga sisi alat ukur
tersebut.
k. Posisikan theodolite dengan mengendurkan
sekrup pengunci centering kemudian geser kekiri atau kekanan sehingga tepat
pada tengah-tengah titi ikat (BM), dilihat dari centering optic.
l.
Lakukan
pengujian kedudukan garis bidik dengan bantuan tanda T pada dinding.
m. Periksa kembali ketepatan nilai
index pada system skala lingkaran dengan melakukan pembacaan sudut biasa dan
sudut luar biasa untuk mengetahui nilai kesalaha index tersebut.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi
Lokasi
praktik lapang Kartografi Dasar dilaksanakan di Kelurahan Bontoleru yang
terletak di atas lokasi air terjun Takkapala Malino. Lokasi tersebut memiliki
tekanan udara sangat tinggi karena di wilayah pegunungan dan dikelilingi oleh
barisan pegunungan Lompobattang. Dan kondisi bentuk lahan yang ada di lokasi
tersebut sangat curam dan terjal dan karena itu juga menyebabkan struktur tanah
yang dimiliki cenderung tidak terikat kuat dan sangat mudah untuk terjadi
longsor.
B. Hasil
1. Data
yang diperoleh kelompok 1
No
|
Titik
|
Tinggi theodolit
|
BA
|
BB
|
Jarak
|
VA
|
HA
|
|
Lap (m)
|
Peta (cm)
|
|||||||
1
|
0 - 1
|
151
|
178
|
126
|
52
|
3,5
|
96o45’50’’
|
283o11’09’’
|
2
|
1 – 2
|
138
|
161
|
115
|
46
|
3,1
|
98o16’41’’
|
284o22’35’’
|
3
|
2 – 3
|
139
|
160
|
117
|
43
|
2,9
|
96o43’38’’
|
286o24’01’’
|
4
|
3 – 4
|
143
|
156
|
129
|
27
|
1,8
|
98o57’05’’
|
270o28’18’’
|
5
|
4 – 5
|
139
|
155
|
143
|
12
|
0,8
|
95o09’12’’
|
235o15’05’’
|
6
|
5 – 6
|
153
|
158
|
148
|
10
|
0,7
|
96o29’33’’
|
218o38’09’’
|
7
|
6 – 7
|
143
|
158
|
128
|
30
|
2
|
95o27’41’’
|
173o31’09’’
|
8
|
7 - 8
|
138
|
144
|
132
|
12
|
0,8
|
89o13’00’’
|
184o12’33’’
|
Menggunakan
skala 1 : 1500
2. Data
yang diperoleh kelompok 2
No
|
Titik
|
Tinggi theodolit
|
BA
|
BB
|
Jarak
|
VA
|
HA
|
|
Lap (m)
|
Peta (cm)
|
|||||||
1
|
0 - 1
|
135
|
148
|
122
|
26
|
1,73
|
09o23’34’’
|
132o59’18’’
|
2
|
1 – 2
|
138
|
147
|
129
|
18
|
1,2
|
03o59’10’’
|
108o39’33’’
|
3
|
2 – 3
|
139
|
148
|
130
|
18
|
1,2
|
09o43’37’’
|
126o34’56’’
|
4
|
3 – 4
|
127,5
|
135
|
120
|
15
|
1
|
07o12’54’’
|
143o22’18’’
|
5
|
4 – 5
|
135
|
144
|
126
|
18
|
1,2
|
02o15’19’’
|
134o15’53’’
|
6
|
5 – 6
|
137
|
145
|
129
|
16
|
1,06
|
05o00’46’’
|
130o40’37’’
|
7
|
6 – 7
|
140
|
146
|
134
|
12
|
0,8
|
00o12’16’’
|
109o46’08’’
|
8
|
7 - 8
|
140,5
|
153,5
|
127,5
|
26
|
1,73
|
01o24’09’’
|
93o21’31’’
|
9
|
8 - 9
|
138
|
142
|
134
|
8
|
0,53
|
04o07’23’’
|
96o28’18’’
|
10
|
9 -10
|
141
|
150
|
132
|
18
|
1,2
|
05o23’26’’
|
104o30’12’’
|
Menggunakan
skala 1 : 1500
3. Data
yang diperoleh kelompok 3
No
|
Titik
|
Tinggi theodolit
|
BA
|
BB
|
Jarak
|
VA
|
HA
|
|
Lap (m)
|
Peta (cm)
|
|||||||
1
|
0 - 1
|
136
|
145
|
127
|
18
|
1,2
|
82o18’00’’
|
115o31’28’’
|
2
|
1 – 2
|
137
|
147
|
126
|
21
|
1,4
|
86o35’03’’
|
189o43’03’’
|
3
|
2 – 3
|
138
|
152
|
124
|
28
|
1,9
|
86o12’27’’
|
96o41’19’’
|
4
|
3 – 4
|
148
|
158
|
120
|
38
|
2,5
|
86o30’46’’
|
82o56’53’’
|
5
|
4 – 5
|
136
|
158
|
112
|
46
|
3,1
|
83o01’05’’
|
94o38’05’’
|
6
|
5 – 6
|
135
|
154
|
113
|
41
|
2,7
|
82o31’07’’
|
82o06’15’’
|
7
|
6 – 7
|
138
|
150
|
126
|
24
|
1,6
|
87o26’27’’
|
348o43’04’’
|
8
|
7 - 8
|
129
|
143
|
115
|
28
|
1,9
|
87o45’07’’
|
335o42’22’’
|
9
|
8 - 9
|
138
|
157
|
119
|
38
|
2,5
|
86o35’27’’
|
357o25’20’’
|
10
|
9 -10
|
136
|
141
|
130
|
11
|
0,7
|
94o34’25’’
|
342o01’29’’
|
11
|
10- 11
|
149
|
167
|
130
|
37
|
2,5
|
92o22’38’’
|
286o12’43’’
|
12
|
11-12
|
150
|
172
|
137
|
25
|
1,7
|
92o26’18’’
|
271o04’59’’
|
13
|
12- 13
|
146
|
162
|
137
|
25
|
1,7
|
96o46’20’’
|
269o28’05’’
|
14
|
13-14
|
149
|
162
|
135
|
27
|
1,8
|
98o20’05’’
|
280o28’15’’
|
Menggunakan
skala 1 : 1500
C. Pembahasan
Pada
praktik lapang Kartografi Dasar ini kami melakukan pengukuran dengan
menggunakan theodolit untuk menentukan jarak titik tempat kita mengamati dengan
letak objek yang kita amati (mistar theodolit), serta posisi vertical angle
(VA), dan horizontal angle (HA) titik tersebut. Selain itu, kami juga
menggunakan kompas geologi untuk menentukan berapa derajat posisi kita dari
utara (titik 0o). berhubung alat yang kita gunakan tidak tembus
pandang maka pada setiap tikungan atau belokan yang ada di lokasi menuju titik
akhir kita lakukan lagi pengukuran dengan langkah – langkah yang sama dan tidak
lupa untuk mengukur pula tinggi theodolit untuk mendapatkan nilai jarak.
Dan
untuk lebih mengifisienkan waktu. Kami yang jumlahnya sangat banyak di bagi ke
dalam tiga kelompok besar yang terdiri atas lima kelompok kecil dengan anggota
masing-masing 6 orang karena mengingat jumlah theodolit hanya tiga. Maka
kelompok 1 malakukan pengukuran mulai dari depan base camp hingga titik awal
kelompok dua dan kelompok dua mulai dari titik akhir kelompok 1 hingga titik awal
kelompok tiga, kelompok tiga mulai dari titik akhir kelompok dua hingga ke
titik awal kelompok 1 atau kembali ke base camp.
Berhubung
dengan lokasi tempat pengukuran yang berada di daerah pegunungan maka medan pun
berkelok – kelok dan membuat kami hasil pengukuran kami menghasilkan 32 titik
yang berarti ada 32 belokan.
Setelah
melakukan pengukuran kami melakukan pengumpulan data dari ketiga kelompok lalu
melakukan perhitungan data yang kami dapatkan di lapangan untuk kemudian
dipindahkan di kertas grafik untuk menampilkan kemiringan (peta kemiringan) dan
arah (peta arah). Karena jarak lokasi pengukuran kami termasuk jauh. Maka untuk
dipindahkan ke kertas grafik harus diubah skalanya. Dan pada kali ini kami
menggunakan skala 1 : 1500.
Adapun
cara mengolah data adalah dengan melihat nila batas atas (BA) dan Batas Bawah
(BB) yang telah kita dapatkan dari hasil pengukuran dengan menggunakan
theodolit. Lalu dapatkan nilai jarak titik satu dengan yang lain dengan rumus
(BA – BB). Setelah itu, karena kita menggunakan skala 1: 1500 maka hasilnya
yang didapatkan itu dibagi dengan 1500. Karena 1cm mewakili 1500m jarak di
lapangan.
Untuk
menggambar peta kemiringan kita menggunakan data vertical angle (VA) untuk
menentukan besar derajat kemiringannya dengan rumus nilai (90o – VA)
karena posisi vertical angle di bumi memiliki interval 90o dengan
vertical angle di theodolit. Jadi untuk menggambar peta kemiringan secara
manual kita harus memperkurangkannya dengan 90o. Dan untuk menggambar
peta arah kita menggunakan data horizontal angle (HA).
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan
hasil dan pembahasan yang ada maka dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu:
1.
Untuk mengetahui jarak suatu titik
dengan titik lainnya menggunakan theodolit dengan langkah mengukur tinggi
theodolit lalu menguranginya dengan batas atas dan batas bawahnya. Namun
sebelum itu tentukan dulu letak arah utara titik tempat membidik dengan kompas.
2.
Kita dapat memindahkan data di lapangan
ke atas kertas dengan melakukan perhitungan skala.
3.
Untuk menggambar peta kemiringan
menggunakan data vertical angle yang harus dikurangkan dengan 90o sedangkan
untuk peta arah menggunakan data horizontal angle.
B. Saran
1. Untuk
Mahasiswa yang Memprogram
Sebaiknya mahasiswa lebih aktif memperhatikan
dan lebih mau berbagi dengan teman-teman sesame praktikan lain agar cara
penggunaan alat dapat juga diketahui oleh semua praktikan.
2. Untuk
Pembimbing
Sebaiknya pembimbing lebih
mempertimbangkan antara kondisi alat dan kondisi mahasiswa yang memprogram mata
kuliah ini agar pelaksanaan pengukuran lebih efisien.
3. Untuk
Asisten
Sebaiknya asisten lebih meminimalisir ketidak
bersamaan antara mahasiswa saat praktikum agar semua pengetahuan yang
didapatkan pada kegiatan lebih tersebar merata.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2013. Contoh Laporan Kartografi Dasar.
http://www.google.com.
Diakses pada tanggal 08 Mei 2013.
Prasetio, Dewan. 2013. Theodolit.
http://www.goole.com/dewanprasetio.web.blog...
Diakses pada tanggal 06 Maret 2013.
Zhiddiq, Sulaiman. 2013. Bahan
Bacaan Kartografi (Ilmu Pemetaan). Makassar: Universitas Negeri
Makassar.
LAMPIRAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar