Sabtu, 11 Januari 2014

laporan karografi



BAB I
PENDAHULUAN
A.      LATAR BELAKANG
Geografi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari gejala – gejala Geosfer atau segala sesuatu yang ada di bumi. Meskipun sampai saat ini identitas golongan ilmu Geografi masih sangat membimbangkan karena ilmu ini juga sangat lekat dengan Sains dan sekaligus melibatkan Sosial dalam penerapannya mengingat salah satu objek Geografi yaitu Antrophosfer. Namun, seperti sudah sangat tertanam erat dibenak masyarakat umum bahwa jika kita berbicara mengenai Geografi pastilah berhubungan dengan yang namanya peta.
Di dalam Geografi terdapat banyak sekali fenomena Geosfer maka di dalam ilmu Geografi terbagi lagi ke dalam beberapa cabang ilmu yang masing – masing memiliki bidang kajian masing – masing. Salah satu cabang ilmu di Geografi adalah Kartografi. Kartografi merupakan seni, pengetahuan teknologi tentang pembuatan peta-peta sekaligus mencakup setudinya sebagai dokumen ilmiah dan hasil kariya seni (ICA,1973).Objek utama Kartografi adalah peta. Defenisi peta adaalah penggambaran dua dimensi (pada bidang datar) keseluruhan atau sebagian dari permukaan bumi yang diproyeksikan dengan perbandingan /skala tertentu dan dilengkapi dengan symbol-simbol.
Di dalam perkembangan ilmu pengetahuan pengguanaan peta saat ini sangat di perlukan. Bahkan sudah banyak alat yang secara automatic yang telah diciptakan oleh para ahli. Maka, sebagai seorang Geographer maka wajiblah kita mengetahui cara membuat peta sendiri yang merupakan symbol dari identitas kita dengan maksud untuk disajikan kepada masyarakat sebagai bentuk pengabdian kita terhadap Negara.




B.        TUJUAN
1.      Tujuan Umum
Setelah melakukan praktik lapang ini, mahasiswa diharapkan dapat mengetahui dan memahami cara pengumpulan data, pengolahan dan penuangannya di atas kertas berupa peta kemiringan dan peta arah.
2.      Tujuan Khusus
Setelah praktik lapang ini, mahasiswa diharapkan dapat:
a.    Mengetahui cara penggunaan alat-alat yang digunakan saat pengukuran di lapangan.
b.    Mengumpulkan data di lapangan menggunakan alat – alat Kartografi.
c.    Mengolah data yang diperoleh dari hasil pengukuran.
d.   Menggambarkan hasil olahan data di kertas grafik dengan menggunakan skala.
e.    Mengetahui cara membuat peta kemiringan dan peta arah.
C.      Sasaran (Jumlah)
Pada praktik lapang Kartografi Dasar diikuti oleh peserta yang berasal dari:
1.      Mahasiswa Pendidikan Geografi 2012         =  46 orang
2.      Mahasiswa Geografi ICP 2012                    = 16 orang
3.      Mahasiswa Geografi Sains 2012                  = 1 orang
Jumlah                                                           = 63 orang
D.      Lokasi
Praktik lapang Kartografi Dasar ini diadakan di Kelurahan Bontoleru Malino Kabupaten Gowa Provinsi Sulawesi Selatan Indonesia.
E.       Waktu Pelaksanaan
Praktik lapang Kartografi Dasar ini dilaksanakan selama dua hari berturut – turut yaitu dari hari Jumat 11 April 2013 hingga hari Sabtu 12 April 2013.



F.     Jadwal
Adapun jadwal kegiatan kami pada praktik lapang Kartografi Dasar selama dua hari ini yaitu:
1.      Jumat, 11 April 2013
a.       07.00 – 11.30 WITA       : Perjalanan menuju lokasi praktil lapang
b.      11.30 – 14.00 WITA       : Ishoma
c.       14.00 – 16.00 WITA       : Pengumpulan data di lapangan
d.      16.00 - 18.30 WITA       : Pengolahan data yang diperoleh
e.       19.00 – 19.30 WITA       : Makan malam
f.       19.30 – selesai                 : Menggambar peta arah dan peta kemiringan
2.      Sabtu, 12 April 2013
a.       05.00 – 12.30 WITA       : Ishoma
b.      12.30 – 16.00 WITA       : Perjalanan pulang ke kampus
G.      Sistematika Penulisan
Pada penulisan laporan ini memiliki sistematika penulisan yang formal dan sesuai dengan sistematika penulisan ilmiah karena memiliki beberapa bagian yang dibagi ke dalam beberapa bab yaitu bab satu pendahuluan, bab dua kajian pustaka, bab tiga hasil dan pembahasan dan bab empat penutup.
Selain itu laporan ini memiliki sampul, halaman pengesahan, kata pengantar, daftar isi, dan lampiran yang berupa gambar dari hasil yang kami peroleh di lapangan saat menjalani praktikum.










BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Kartografi adalah seni, pengetahuan teknologi tentang pembuatan peta-peta sekaligus mencakup setudinya sebagai dokumen ilmiah dan hasil kariya seni (ICA,1973). Dalam konteks ini peta dapat dikata gorikan kedalam semua tipe peta, (peta sekala besar), chart, bentuk tiga dimensional dan globe menyajikan madel bumi atau sebuah benda angkasa dalam sekala tertentu. Peta itu sendiri menurut ICA adalah suatu gambaran unsure-unsur atau kenampakan-kenampakan abstrak, atau yang ada kaiannya dengan permukaan bumi atau benda-benda angkasa, dan umumnya digambarkan. Dari defnisi tersebut dapat di mengerti bahwa tugas seorang kartografi adalah membuat peta, yaitu merancang (map design) yang meliputi desain simbol (symbol design) tata letak peta (map lay-out), isi peta (map conteny), dan generalisasi (generalization).peta adalah suatu komunikasi grafis yang berate impormasi yang diberikan dalam peta berupa suatu gambar atau symbol (Anonim, 2013).
Kartografi adalah ilmu dan teknik pembuatan peta (Prihandito, 1989). Proses kartografi adalah proses grafis sampai sebuah gambar menjadi peta yang terlihat informative (map composition). Bahan kartografi semua bahan yang secara keseluruhan atau sebagian menggambarkan bumi atau benda angkasa dalam semua skala, termaksud peta dan gambar rencana dalam 2 dan 3 dimensi; peta penerbangan, pelayaran, dan angkasa; bola peta bumi; diagram balok; belahan; foto udara, satelit, dan foto ruang angkasa ; atlas; gambar udara selayang pandang, dan sebagainya (Okta, 2013).
Hubungan keruangan dapat saja disajikan dalam bentuk kata – kata atau angka – angka, tetapi hal itu kurang efisien, seperti pernah disebutkan oleh suatu ungkapan: “suatu gambar dapat berisi seribu kata – kata” (a picture is worth a thousand words). Peta menggunakan symbol – symbol dua dimensi untuk mencerminkan fenomena geografikal atau dengan suatu cara yang sistematis, dan dengan hal ini memerlukan kecakapan untuk membuatnya dan membacanya. Peta merupakan teknik komunikasi yang tergolong dalam cara grafis, dan untuk efisiensinya kita harus mempelajari dengan baik atribut – atribut / elemen – elemen dasarnya, seperti juga pada cara – cara komunikasi yang lain. Kita harus mempelajari fungsi dari peta itu (Zhiddiq, 2013).
Menurut Zhiddiq (2013), Pada hakekatnya system dasar dari komunikasi dapat digambarkan dalam diagram berikut:
                                                  Signal

source
Encoder
Channel
Decorded
Recipient
 




                                                  Noise
Pakar geografi pada umumnya, demikian pula perencana, sejarahwan, ekonomiwan, pakar pertanian, pakar geologi dan pakar – pakar lain yang berkecimpung dalam ilmu – ilmu dasar dan keteknikan, telah menyadari bahwa suatu peta merupakan alat bantu yang tidak dapat ditinggalkan dan diperlukan. Suatu peta berskala besar yang menggambarkan detail suatu daerah yang sempit, dapat mencerminkan bentuk lahan, aliran, vegetasi, pole’, pemukiman, jalan – jalan, keadaan geologi dan banyak detail – detail lainnya, yang kesemuanya ini memungkinkan kita melihat saling hubungannya, yang diperlukan untuk perencanaan dan pelaksanaan suatu pekeraan secara ilmiah (Zhiddiq, 2013).
Menurut Zhiddiq (2013), skala peta dapat diartikan sebagai berikut:
a.         Perbandingan jarak antara dua titik sembarang di peta dengan jarak horizontal kedua titik itu di permukaan bumi (dengan satuan ukuran yang sama).
b.        Perbandingan antara jari – jari globe dengan jari – jari bumi (spheroid).
Ada beberapa cara untuk menyatakan skala (peta):
a.         Skala angka / skala pecahan
Skala yang dinyatakan dengan angka dan pecahan
Contoh:
1)      Skala angka (numeric scale) ---- 1 : 50.000
2)      Skala pecahan (representative fraction) = RF ---- 1 : 50.000
Hal ini menunjukkan bahwa satu satuan jarak pada peta mewakili 50.000 satuan jarak pada peta mewakili 50.000 satuan jarak horizontal di permukaan bumi. Jadi berarti:
1 cm dip eta mewakili 50.000 cm di medan (500 m) atau ½ km
1 inchi mewakili 50.000 atau 50.000/63.360 mile
b.      Skala yang dinyatakan dengan kalimat
Pada peta – peta yang tidak menggunakan satuan pengukuran metric (misalnya peta – peta di Inggris), pernyataan skala dengan kalimat sering dilakukan.
Contoh:
1 inchi to one miles         = 1: 63.660
1 inchi to two miles         = 1: 126.720
Tetapi cara ini, biasanya sebagai tambahan disamping cara – cara lain.
c.       Skala grafis (graphical scala line)
Dari skala angka 1: 50.000, menjadi skala grafis, sebagai berikut:
                   0                 1                   2                   3                      4 km

                 0        1        2       3          4          5          6          7          8 cm
1: 50000

                     0                 1                 2                 3                 4 km

                     0        1       2        3        4        5        6       7        8 cm
1 : 50000
                          0                 1                 2                 3 mil
 

                          0                 1                 2                 3 inchi
1: 63360
Untuk menentukan panjang dari skala grafis, dapat digunakan rumus sederhana sebagai berikut:
S , dimana S= skala, sebagai suatu pecahan, misalnya 1:25.000
MD = jarak pada peta
GD = jarak di lapangan
Theodolit adalah salah satu alat ukur tanah yang digunakan untuk menentukan tinggi tanah dengan sudut mendatar dan sudut tegak. Berbeda dengan waterpass yang hanya memiliki sudut mendatar saja. Di dalam theodolit sudut yang dapat di baca bisa sampai pada satuan sekon (detik). Di dalam pekerjaan – pekerjaan yang berhubungan dengan ukur tanah, theodolit sering digunakan dalam bentuk pengukuran polygon, pemetaan situasi, maupun pengamatan matahari. Theodolit juga bisa berubah fungsinya menjadi seperti Pesawat Penyipat Datar bila sudut verticalnya dibuat 90º.Dengan adanya teropong pada theodolit, maka theodolit dapat dibidikkan kesegala arah. Di dalam pekerjaan bangunan gedung, theodolit sering digunakan untuk menentukan sudut siku-siku pada perencanaan / pekerjaan pondasi, theodolit juga dapat digunakan untuk mengukur ketinggian suatu bangunan bertingkat (Prasetio, 2013).
Menurut Winnie (2013), konstruksi instrument theodolite ini secara mendasar dibagimenjadi 3 bagian, lihat gambar di bawah ini :
1.    Bagian Bawah, terdiri dari pelat dasar dengan tiga sekrup penyetel yang menyanggah suatu tabung sumbu dan pelat mendatar berbentuk lingkaran. Pada tepi lingkaran ini dibuat pengunci limbus.
2.    Bagian Tengah, terdiri dari suatu sumbu yang dimasukkan ke dalam tabung dan diletakkan pada bagian bawah. Sumbu ini adalah sumbu tegak lurus kesatu. Diatas sumbu kesatu diletakkan lagi suatu plat yang berbentuk lingkaran yang berbentuk lingkaran yang mempunyai jari – jari plat pada bagian bawah. Pada dua tempat di tepi lingkaran dibuat alat pembaca nonius.Di atas plat nonius ini ditempatkan 2 kaki yang menjadi penyanggah sumbu mendatar atau sumbu kedua dan sutu nivo tabung diletakkan untuk membuat sumbu kesatu tegak lurus. Lingkaran dibuat dari kaca dengan garis – garis pembagian skala dan angka digoreskan di permukaannya. Garis – garis tersebut sangat tipis dan lebih jelas tajam bila dibandingkan hasil goresan pada logam. Lingkaran dibagi dalam derajat sexagesimal yaitu suatu lingkaran penuh dibagi dalam 360° atau dalam grades senticimal yaitu satu lingkaran penuh dibagi dalam 400 g.
3.    Bagian Atas, terdiri dari sumbu kedua yang diletakkan diatas kaki penyanggah sumbu kedua. Pada sumbu kedua diletakkan suatu teropong yang mempunyai diafragma dan dengan demikian mempunyai garis bidik. Pada sumbu ini pula diletakkan plat yang berbentuk lingkaran tegak sama seperti plat lingkaran mendatar.
Menurut Winnie (2013), pengoperasian theodolit adalah sebagai berikut:
1.    Penyiapan Alat Theodolite
Cara kerja penyiapan alat theodolita antara lain :
a.       Kendurkan sekrup pengunci perpanjangan
b.      Tinggikan setinggi dada
c.       Kencangkan sekrup pengunci perpanjangan
d.      Buat kaki statif berbentuk segitiga sama sisi
e.       Kuatkan (injak) pedal kaki statif
f.       Atur kembali ketinggian statif sehingga tribar plat mendatar
g.      Letakkan theodolite di tribar plat
h.      Kencangkan sekrup pengunci centering ke theodolite
i.        Atur (levelkan) nivo kotak sehingga sumbu kesatu benar-benar tegak / vertical dengan menggerakkan secara beraturan sekrup pendatar / kiap di tiga sisi alat ukur tersebut.
j.        Atur (levelkan) nivo tabung sehingga sumbu kedua benar-benar mendatar dengan menggerakkan secara beraturan sekrup pendatar / kiap di tiga sisi alat ukur tersebut.
k.      Posisikan theodolite dengan mengendurkan sekrup pengunci centering kemudian geser kekiri atau kekanan sehingga tepat pada tengah-tengah titi ikat (BM), dilihat dari centering optic.
l.        Lakukan pengujian kedudukan garis bidik dengan bantuan tanda T pada dinding.
m.    Periksa kembali ketepatan nilai index pada system skala lingkaran dengan melakukan pembacaan sudut biasa dan sudut luar biasa untuk mengetahui nilai kesalaha index tersebut.





















BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.      Gambaran Umum Lokasi
Lokasi praktik lapang Kartografi Dasar dilaksanakan di Kelurahan Bontoleru yang terletak di atas lokasi air terjun Takkapala Malino. Lokasi tersebut memiliki tekanan udara sangat tinggi karena di wilayah pegunungan dan dikelilingi oleh barisan pegunungan Lompobattang. Dan kondisi bentuk lahan yang ada di lokasi tersebut sangat curam dan terjal dan karena itu juga menyebabkan struktur tanah yang dimiliki cenderung tidak terikat kuat dan sangat mudah untuk terjadi longsor.
B.       Hasil
1.      Data yang diperoleh kelompok 1
No
Titik
Tinggi theodolit
BA
BB
Jarak
VA
HA
Lap (m)
Peta (cm)
1
0 - 1
151
178
126
52
3,5
96o45’50’’
283o11’09’’
2
1 – 2
138
161
115
46
3,1
98o16’41’’
284o22’35’’
3
2 – 3
139
160
117
43
2,9
96o43’38’’
286o24’01’’
4
3 – 4
143
156
129
27
1,8
98o57’05’’
270o28’18’’
5
4 – 5
139
155
143
12
0,8
95o09’12’’
235o15’05’’
6
5 – 6
153
158
148
10
0,7
96o29’33’’
218o38’09’’
7
6 – 7
143
158
128
30
2
95o27’41’’
173o31’09’’
8
7 - 8
138
144
132
12
0,8
89o13’00’’
184o12’33’’
Menggunakan skala 1 : 1500

2.      Data yang diperoleh kelompok 2
No
Titik
Tinggi theodolit
BA
BB
Jarak
VA
HA
Lap (m)
Peta (cm)
1
0 - 1
135
148
122
26
1,73
09o23’34’’
132o59’18’’
2
1 – 2
138
147
129
18
1,2
03o59’10’’
108o39’33’’
3
2 – 3
139
148
130
18
1,2
09o43’37’’
126o34’56’’
4
3 – 4
127,5
135
120
15
1
07o12’54’’
143o22’18’’
5
4 – 5
135
144
126
18
1,2
02o15’19’’
134o15’53’’
6
5 – 6
137
145
129
16
1,06
05o00’46’’
130o40’37’’
7
6 – 7
140
146
134
12
0,8
00o12’16’’
109o46’08’’
8
7 - 8
140,5
153,5
127,5
26
1,73
01o24’09’’
93o21’31’’
9
8 - 9
138
142
134
8
0,53
04o07’23’’
96o28’18’’
10
9 -10
141
150
132
18
1,2
05o23’26’’
104o30’12’’
Menggunakan skala 1 : 1500

3.      Data yang diperoleh kelompok 3
No
Titik
Tinggi theodolit
BA
BB
Jarak
VA
HA
Lap (m)
Peta (cm)
1
0 - 1
136
145
127
18
1,2
82o18’00’’
115o31’28’’
2
1 – 2
137
147
126
21
1,4
86o35’03’’
189o43’03’’
3
2 – 3
138
152
124
28
1,9
86o12’27’’
96o41’19’’
4
3 – 4
148
158
120
38
2,5
86o30’46’’
82o56’53’’
5
4 – 5
136
158
112
46
3,1
83o01’05’’
94o38’05’’
6
5 – 6
135
154
113
41
2,7
82o31’07’’
82o06’15’’
7
6 – 7
138
150
126
24
1,6
87o26’27’’
348o43’04’’
8
7 - 8
129
143
115
28
1,9
87o45’07’’
335o42’22’’
9
8 - 9
138
157
119
38
2,5
86o35’27’’
357o25’20’’
10
9 -10
136
141
130
11
0,7
94o34’25’’
342o01’29’’
11
10- 11
149
167
130
37
2,5
92o22’38’’
286o12’43’’
12
11-12
150
172
137
25
1,7
92o26’18’’
271o04’59’’
13
12- 13
146
162
137
25
1,7
96o46’20’’
269o28’05’’
14
13-14
149
162
135
27
1,8
98o20’05’’
280o28’15’’
Menggunakan skala 1 : 1500

C.      Pembahasan
Pada praktik lapang Kartografi Dasar ini kami melakukan pengukuran dengan menggunakan theodolit untuk menentukan jarak titik tempat kita mengamati dengan letak objek yang kita amati (mistar theodolit), serta posisi vertical angle (VA), dan horizontal angle (HA) titik tersebut. Selain itu, kami juga menggunakan kompas geologi untuk menentukan berapa derajat posisi kita dari utara (titik 0o). berhubung alat yang kita gunakan tidak tembus pandang maka pada setiap tikungan atau belokan yang ada di lokasi menuju titik akhir kita lakukan lagi pengukuran dengan langkah – langkah yang sama dan tidak lupa untuk mengukur pula tinggi theodolit untuk mendapatkan nilai jarak.
Dan untuk lebih mengifisienkan waktu. Kami yang jumlahnya sangat banyak di bagi ke dalam tiga kelompok besar yang terdiri atas lima kelompok kecil dengan anggota masing-masing 6 orang karena mengingat jumlah theodolit hanya tiga. Maka kelompok 1 malakukan pengukuran mulai dari depan base camp hingga titik awal kelompok dua dan kelompok dua mulai dari titik akhir kelompok 1 hingga titik awal kelompok tiga, kelompok tiga mulai dari titik akhir kelompok dua hingga ke titik awal kelompok 1 atau kembali ke base camp.
Berhubung dengan lokasi tempat pengukuran yang berada di daerah pegunungan maka medan pun berkelok – kelok dan membuat kami hasil pengukuran kami menghasilkan 32 titik yang berarti ada 32 belokan.
Setelah melakukan pengukuran kami melakukan pengumpulan data dari ketiga kelompok lalu melakukan perhitungan data yang kami dapatkan di lapangan untuk kemudian dipindahkan di kertas grafik untuk menampilkan kemiringan (peta kemiringan) dan arah (peta arah). Karena jarak lokasi pengukuran kami termasuk jauh. Maka untuk dipindahkan ke kertas grafik harus diubah skalanya. Dan pada kali ini kami menggunakan skala 1 : 1500.
Adapun cara mengolah data adalah dengan melihat nila batas atas (BA) dan Batas Bawah (BB) yang telah kita dapatkan dari hasil pengukuran dengan menggunakan theodolit. Lalu dapatkan nilai jarak titik satu dengan yang lain dengan rumus (BA – BB). Setelah itu, karena kita menggunakan skala 1: 1500 maka hasilnya yang didapatkan itu dibagi dengan 1500. Karena 1cm mewakili 1500m jarak di lapangan.
Untuk menggambar peta kemiringan kita menggunakan data vertical angle (VA) untuk menentukan besar derajat kemiringannya dengan rumus nilai (90o – VA) karena posisi vertical angle di bumi memiliki interval 90o dengan vertical angle di theodolit. Jadi untuk menggambar peta kemiringan secara manual kita harus memperkurangkannya dengan 90o. Dan untuk menggambar peta arah kita menggunakan data horizontal angle (HA).


BAB IV
PENUTUP
A.  Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang ada maka dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu:
1.      Untuk mengetahui jarak suatu titik dengan titik lainnya menggunakan theodolit dengan langkah mengukur tinggi theodolit lalu menguranginya dengan batas atas dan batas bawahnya. Namun sebelum itu tentukan dulu letak arah utara titik tempat membidik dengan kompas.
2.      Kita dapat memindahkan data di lapangan ke atas kertas dengan melakukan perhitungan skala.
3.      Untuk menggambar peta kemiringan menggunakan data vertical angle yang harus dikurangkan dengan 90o sedangkan untuk peta arah menggunakan data horizontal angle.
B.  Saran
1.      Untuk Mahasiswa yang Memprogram
Sebaiknya mahasiswa lebih aktif memperhatikan dan lebih mau berbagi dengan teman-teman sesame praktikan lain agar cara penggunaan alat dapat juga diketahui oleh semua praktikan.
2.      Untuk Pembimbing
Sebaiknya pembimbing lebih mempertimbangkan antara kondisi alat dan kondisi mahasiswa yang memprogram mata kuliah ini agar pelaksanaan pengukuran lebih efisien.
3.      Untuk Asisten
Sebaiknya asisten lebih meminimalisir ketidak bersamaan antara mahasiswa saat praktikum agar semua pengetahuan yang didapatkan pada kegiatan lebih tersebar merata.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2013. Contoh Laporan Kartografi Dasar. http://www.google.com. Diakses pada tanggal 08 Mei 2013.

Okta. 2013. Menyalin Peta. http://www.google.com/okta88geosama... diakses pada tanggal 08 Mei 2013.

Prasetio, Dewan. 2013. Theodolit. http://www.goole.com/dewanprasetio.web.blog... Diakses pada tanggal 06 Maret 2013.

Winnie. 2013. Pengenalan Theodolit. http://www.goole.com. Diakses pada tanggal 06 Maret 2013.

Zhiddiq, Sulaiman. 2013. Bahan Bacaan Kartografi (Ilmu Pemetaan). Makassar: Universitas Negeri Makassar.














LAMPIRAN



















































Tidak ada komentar:

Posting Komentar